Selamat Datang

Selamat datang Saudara-saudaraku semuanya di blog "Puja-Puji" ini. Selamat menikmati, mencermati, dan mengoreksi sajian yang saya tampilkan dalam blog ini. Sekiranya Saudara berkenan memberi kritik, saran, komentar, dan masukan apa pun terhadap tampilan blog ini tentu saya merasa senang, bangga, dan terhormat, agar terjadi komunikasi dua arah. Silakan menuliskannya di tempat yang telah disediakan. Salam kami.

Jumat, 05 Februari 2010

Sastrawan Kalteng dalam Peta Sastra Nasional

BEBERAPA hari yang lalu, akhir bulan Juli 2008, saya membaca sepintas tulisan Saudara Udo Z. Karzi di internet. Awalnya saya membuka blog yang ditulis Udo dengan bahasa daerah, dan saya kurang paham dengan bahasa daerah apa. Hal itu tidak saya hiraukan karena saya kurang paham dan tidak mengerti makna bahasa daerah itu. Lalu, awal bulan Agustus 2008 saya membaca lagi tulisan Saudara Udo yang bertajuk “Dicari Sastra(wan) Kalteng” lewat cabiklunik.blogspot.com yang bersumber dari surat kabar Borneonews, Senin, 4 Agustus 2008, lalu timbul hasrat saya untuk sedikit memberi informasi tentang keberadaan sastrawan Kalteng dalam peta sastra nasional kita.

Ketika temu sastra Majelis Sastera Asia Tenggara di Palangkaraya, Senin, 14 Juli 2008, yang lalu saya mengatakan kepada media bahwa “aktivitas sastra di Kalimantan Tengah sepi”. Hal ini apabila dibandingkan dengan provinsi tetangga sesama Kalimantan, yaitu Kalimantan Selatan atau Kalimantan Timur. Sastrawan Kalimantan Tengah yang hingga kini telah mengorbit secara nasional hanya ada tiga, yaitu Fridolin Ukur (asal Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur), Haji Ahmad Badar Sulaiman Usin, lebih dikenal dengan nama HABSU (asal Pulang Pisau), dan J.J. Kusni (asal Kasongan, Kabupaten Katingan). Apa dan siapa ketiga tokoh sastrawan Kalteng tersebut, silakan membuka laman Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah, dengan alamat: www.balaibahasaprovinsikalteng.org, lalu klik Tokoh.

Dua dari tiga sastrawan asal Kalteng itu kini telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, yaitu Fridolin Ukur dan HABSU. Sementara J.J. Kusni yang juga memiliki nama samaran K. Sulang, telah lama meninggalkan Indonesia dan kini bermukim di Perancis. Mereka bertiga muncul dan diorbitkan oleh H.B. Jassin sebagai Angkatan 66. Tentu karya-karya mereka dapat ditemukan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. Selain ada di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, karya-karya mereka juga dapat ditemukan di dokumentasi sastra Korrie Layun Rampan, di Bekasi, dan dokumentasi ini akan dipindahkan oleh Korrie ke Samarindra, Kalimantan Timur.

Ketika E.U. Kratz dari School of Oriental and African Studies (SOAS) London meregistrasi karya-karya sastra Indonesia yang terdapat di majalah dan surat kabar, yang kemudian diterbitkan dalam buku A Bibliography of Modern Indonesian Literature in Journals (1988), hanya tercantum dua nama dari Kalimantan Tengah, yaitu Edmond Sawong dan K.Sulang (nama samaran J.J. Kusni). Hal ini kita maklumi bahwa yang dicatat oleh Kratz terbatas pada majalah yang sampai ke London atau terbatas yang ada di PDS H.B. Jassin sampai tahun 1970-an. Padahal, apabila kita telusuri ke surat kabar nasional atau lokal hingga tahun 2000-an, tentu banyak nama para sastrawan Kalimantan Tengah yang ada, separti Abdul Fatah Nahan, Kurnia Untel (Buntok, Muara Teweh), Alimul Huda, Dafi Fadjar Rahardjo, Elsy Suarni, Suyitno BT, Sandi Firly (Kuala Pembuang, Seruyan), Dedy Setiawan (Sukamara), Agung Catur, Luthfi, Makmur Anwar, Supardi, Pahit S. Narratoma, Lukman Hakim Siregar, dan Bajik Rubuh Simpei.

Untuk mengangkat sastra(wan) Kalimantan Tengah mengorbit ke pentas sastra nasional akhir-akhir ini Korrie Layun Rampan menawarkan partisipasi Kalteng ikut dalam Dialog Borneo-Kalimantan 2009 di Samarindra, Kalimantan Timur. Ajakan ini disambut baik oleh teman-teman sastrawan Kalimantan Tengah yang tergabung dalam Ikatan Sastawan Sastra Indonesia (ISASI) Kalimantan Tengah untuk mengikuti kegiatan itu dengan cara mengumpulkan cerpen, puisi, fragmen novel, esai, dan kritik sastra ke alamat Korrie Layun Rampan, Pemimpin Redaktur Koran Sentawar Pos, Karang Rejo RT III Kampung Sendawar 75576, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Selain itu, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah pada akhir-akhir ini untuk menyemarakkan Tahun Bahasa 2008, juga melakukan kegiatan pemasyarakatan apresiasi sastra agar Kalteng dikenal secara nasional maupun mendunia, seperti Dialog Sastra dengan Sastrawan Danarto (Kapuas dan Palangkaraya, Maret 2008), Temu Sastra Majelis Sastera Asia Tenggara bersama sastrawan Hamsad Rangkuti (Palangkaraya, Juli 2008), Bedah Buku Kumpulan Cerpen karya Sandi Firly (Palangkaraya, Mei 2008), Seminar Apresiasi Sastra (Palangkaraya, Februari dan April 2008), Bengkel Penulisan Cerpen (Tamiang Layang dan Buntok, April dan Mei 2008), Bengkel Musikalisasi Puisi (Sampit dan Buntok, Mei dan Juli 2008), Siaran Tebaran Sastra di RRI Palangkaraya yang diasuh oleh Makmur Anwar setiap Minggu malam, Lomba Baca Puisi Guru SD se-Kalteng (Palangkaraya, Agustus 2008), Lomba Musikalisasi Puisi Siswa SLTA se-Kalteng (Palangkaraya, Agustus 2008) pemenang pertama dikirim ke tingkat nasional di Jakarta (Oktober 2008), Sayembara Cipta Cerpen Remaja Tingkat Kalimantan Tengah 2008 (sepuluh nominasi diikutsertakan ke tingkat Nasional di Jakarta), Sayembara Cerita Rakyat Kalimantan Tengah 2008, dan penulisan Ensiklopedia Sastra Indonesia dan Daerah di Kalimantan Tengah yang akan diterbitkan bersamaan dengan Kongres IX Bahasa Indonesia di Jakarta pada Oktober 2008, serta penghargaan Tokoh Sastra 2008.

Sepinya aktivitas sastra di Kalimantan Tengah ada berbagai penyebab, antara lain, media massa lokal tidak memberi tempat untuk memublikasikan karya-karya mereka. Para pengusaha media massa lokal menganggap sastra tidak bernilai ekonomis, lebih baik memuat iklan, pengumuman lelang, berita kegiatan para pejabat yang sering memberi donatur pada mereka, dan kegiatan pariwara yang lain agar pengusaha media massa memperoleh keuntungan secara ekonomis. Kami tidak sampai berpikiran tentang kaya miskin, materialistis, penduduk Kalteng seperti pikiran Udo Z. Karzi dalam tulisannya di Borneonews itu.

Tidak ada hubungannya permintaan kami agar media massa berkenan membuka rubrik seni budaya dan sastra di media massa dengan kehidupan masyarakat miskin di Kalimantan Tengah. Oleh karena itu, saya mengharapkan agar media massa, cetak maupun elektronik, lokal dan nasional, sudi kiranya membuka ruangan seni budaya, khususnya sastra(wan) Kalteng dalam satu minggu sekali. Ini semata-mata untuk memajukan peradaban bangsa, mempertinggi budi pekerti bangsa agar lebih bermartabat, dan tetap bersatu dalam pertahanan budaya dan nilai-nilai luhur budaya bangsa, serta Kalimantan Tengah dikenal secara nasional dan internasional.

Upaya Pembinaan dan Pengembangan Sastra di Kalteng 2008

TAHUN 2008 ditetapkan sebagai Tahun Bahasa karena bertepatan dengan 100 tahun (satu abad) kebangkitan nasional, 80 tahun (10 windu) Sumpah Pemuda, dan 60 tahun Pusat Bahasa berkiprah dalam bidang kebahasaan dan kesastraan untuk lebih memartabatkan bangsa melalui jalur bahasa. Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah pun kini sudah berumur satu windu atau delapan tahun, mulai operasional tahun 2000 dengan nama Kantor Bahasa Palangkaraya, bersama masyarakat Kalimantan Tengah membangun bangsa yang lebih beradab dan bermartabat melalui pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra, Indonesia dan Daerah, di Provinsi Kalimantan Tengah.

Dalam rangka menyemarakkan Tahun Bahasa 2008, hari ulang tahun ke-63 Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (17 Agustus 1945—17 Agustus 2008), dan 51 tahun Provinsi Kalimantan Tengah, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah menggelar berbagai kegiatan kebahasaan dan kesastraan di di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah pada sepanjang tahun 2008 ini. Kegiatan kebahsaan dan kesastraan ini dinamai “Semarak Tahun Bahasa 2008: Merdeka! dan Merdeka!”.

Tujuan diadakan kegiatan ini adalah untuk membangkitkan minat masyarakat Kalimantan Tengah terhadap kegiatan kebahasaan dan kesastraan, meningkatkan apresiasi dan kreativitas masyarakat Kalimantan Tengah dalam pembelajaran bahasa dan sastra, menumbuhkan-kembangkan sikap positif, bangga, dan rasa cinta dengan bahasa dan sastra milik sendiri, serta memupuk rasa solidaritas untuk semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Tema kegiatan ini adalah “Melalui pembelajaran bahasa dan sastra, Indonesia dan Daerah, kita tingkatkan minat baca masyarakat Kalimantan Tengah dalam rangka menyemarakkan Tahun Bahasa 2008 dan sekali Merdeka! tetap Merdeka!”.

Sepanjang tahun 2008 Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah telah melakukan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Diawali tahun 2008 Balai Bahasa melaksanakan temu sastrawan Kalimantan Tengah untuk bersama-sama membicarakan tawaran Korrie Layun Rampan agar berperan serta dalam Dialog Sastarawan Kalimantan-Borneo di Samarindra tahun 2009. Para anggota Ikatan Sastrawan Kalimantan Tengah (ISASI) yang diketuai oleh Drs. Supardi akan ikut aktif dalam kegiatan tersebut.

Untuk menghidupkan kegiatan Forum Bahasa Media Massa (FBMM) Kalimantan Tengah dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Kalimantan Tengeh, Balai Bahasa pun ikut berperan serta dalam kegiatan diskusi kebahasaan yang diselenggarakan di kantor Redaksi Kalteng Pos, 16 Februari 2008 dan 9 Juni 2008. Diskusi yang pertama disiarkan secara langsung oleh Radio KPFM selama dua jam. Diskusi kebahasaan yang kedua di selenggarakan di RRI Palangkaraya, Sabtu, 19 April 2008, dan sekaligus disiarkan secara langsung selama dua jam. Kegiatan lain adalah Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) terhadap 85 wartawan yang mengikuti Karya Latihan Wartawan (KLW) di Sampit, 30 Maret 2008, serta Seminar Bahasa Media Massa di Palangkaraya pada hari Senin, 9 Juni 2008, dengan mendatangkan Kepala Pusat Bahasa, Dr. Dendy Sugono, Ketua FBMM Pusat, TD Asmadi, dan Kepala Kantor Bahasa Kalimantan Timur, Drs. Pardi, M.Hum., serta pembicara dari Universitas Palangkaraya, Drs. H. Lukman Hakim Siregar.

Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah pun sangat peduli terhadap pembinaan, pengembangan, pemeliharaan, dan pelestarian bahasa Daerah. Untuk keperluan ini Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah juga telah menggelar Seminar Nasional Bahasa Dayak di Palangkaraya pada tanggal 10 Juni 2008 dengan menghadirkan pembicara Drs. Hardy Rampay, M.Si., Dr. Arnosianto M. Mage, M.A., Dr. Petrus Poerwadi, M.S., dan Drs. Yohanes Kalamper. Hasil seminar ini merekomendasikan untuk diadakan Kongres Bahasa Dayak secara internasional di Palangkaraya pada tahun 2009 atau 2010 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah.

Untuk meningkatkan mutu pengguna bahasa Indonesia yang baik dan benar, terutama bahasa persuratan dan tata dinas, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah juga telah melaksanakan penyuluhan Bahasa Indonesia kepada masyarakat Kalimantan Tengah, yang diikuti oleh guru-guru nonbahasa dan kepala tata usaha sekolah dan kepala tata usaha dinas kabupaten, di Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, 27—29 Maret 2008, dan di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, 12—14 Mei 2008. Untuk penyegaran Bahasa Indonesia para pejabat di lingkungan pemerintah provinsi dan kabupaten, dimulai dari pejabat eselon IV dan III, dan pemayarakatan Bahasa Indonesia untuk pelaku pembuat reklame, papan nama, spanduk, baliho, dan media ruang publik, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah telah merencanakan kegiatan ini dengan Biro Kesra Pemda Provinsi Kalteng yang diwakili oleh Kepala Bagian Bina Sosial Pemda Prov. Kalteng pada tanggal 16—17 Juli 2008 di Jakarta.

Selain penyuluhan Bahasa Indonesia, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2008 ini juga melaksanakan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) kepada guru, karyawan, siswa SMK di kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, 12 April 2008, dan di Kabupaten Sukamara, 23 Juli 2008, serta para peserta pemilihan Duta Bahasa dan Duta Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008, pada tanggal 20 Mei 2008 di Aula Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah. Para peserta pemilihan duta bahasa dan duta pariwisata ini juga dibekali keterampilan berbahasa Indonesia, berbahasa daerah, dan juga berbahasa Inggris agar mampu mengemban tugas dan misinya memperkenalkan Kalimantan Tengah di dunia internasional.

Pembinaan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan nasional tidak hanya kepada masyarakat pribumi atau warga negara Republik Indonesia, tetapi juga bagi para penutur asing. Para turis manca negara dan pekerja asing pun perlu mendapatkan pembinaan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah juga menyosialisasikan dan mengembangkan Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) kepada masyarakat dan calon pengajar BIPA di Palangkaraya, 1 April 2008, dan di Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, 25 Juni 2008.

Dalam upaya meningkatkan mutu apresiasi siswa dan guru bahasa Indonesia SLTP dan SLTA, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah tidak tinggal diam di tempat. Bersama beberapa sastrawan Kalimantan Tengah kami bekerja sama menyelenggarakan “Bengkel Penulisan Kreatif Cerita Pendek Remaja” di Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, tempat kelahiran sastrawan nasional Fridolin Ukur, pada tanggal 2—4 April 2008, dan di Buntok, Kabupaten Barito Selatan, 14—15 Mei 2008. Tidak hanya bengkel penulisan kreatif cerita pendek remaja, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah juga menyelenggarakan “Bengkel Musikalisasi Puisi” bagi siswa SLTP dan SLTA dan juga gurunya, di Buntok, Kabupaten Barito Selatan, 28—29 Juli 2008.

Sementara itu, untuk meningkatkan mutu apresiasi sastra masyarakat Kalimantan Tengah, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah bekerja sama dengan MGMP Bahasa Indonesia SMK Kota Palangkaraya menyelenggarakan Seminar Apresiasi Sastra yang Menyenangkan dan Inovatif, di Palangkaraya, Sabtu, 16 Februari 2008, diikuti lebih dari 300 guru, mahasiswa, dan sastrawan, serta menyelenggarakan Dialog Sastra bersama sastrawan sufistik Danarto, di Kuala Kapuas, 19 Maret 2008 dan di Palangkaraya, 20 Maret 2008 yang diikuti lebih dari 100 orang peminat sastra.

Masih bekerja sama dengan MGMP Bahasa Indonesia SMK Kota Palangkaraya, ditambah dengan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID) FKIP Universitas Palangkaryara, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah menyelenggarakan bedah buku kumpulan cerpen Perempuan yang Memburu Hujan karya sastrawan asal Kuala Pembuang, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Sandi Firly, pada tanggal 7 Mei 2008 yang dilanjutkan debat seru dengan para peserta bedah buku.

Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah pun ikut juga memeriahkan Seminar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kesastraan yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Palangkaraya, dalam memeriahkan hari Chairil Anwar, 28 April 2008, yang diikuti peserta lebih dari 450 orang, dengan pembicara Drs. Puji Santosa, M.Hum., dan Dr. Petrus Poerwadi, M.S., serta moderator Drs. Lukman Hakim Siregar.

Pembinaan peningkatkan apresiasi sastra bagi masyarakat Kalimantan Tengah terus kami upayakan. Beberapa bulan yang lalu, tepatnya pada tanggal 14 Juli 2008, kami selenggarakan Temu Sastra Majelis Sastera Asia Tenggara bersama sastrawan nasional Hamsad Rangkuti. Dalam temu sastra ini juga kami hadirkan sastrawan karungut dari Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kurnia Untel. Kegiatan ini diikuti lebih dari 150 orang dan diliput oleh berbagai media massa lokal dan nasional.

Kegiatan lomba dan sayembara pun kami laksanakan guna meningkatkan mutu apresiasi sastra masyarakat Kalimantan Tengah pada tahun 2008 ini. Beberapa kegiatan lomba dan sayembara tersebut adalah sebagai berikut.
Sayembara Penulisan Cerita Rakyat Kalimantan Tengah Tahun 2008. Sayembara cerita rakyat ini bertujuan menggali potensi budaya nilai-nilai kearifan lokal (lokal genius) Kalimantan Tengah. Kegiatan ini hanya diikuti 18 peserta dengan Juri Abdul Fatah Nahan (penulis cerita rakyat), Dr. Petrus Poerwadi, M.S. (pakar cerita rakyat Kalimantan Tengah), dan Dra. Nani Setiawati, M.Si. (penulis nasional cerita rakyat Kalteng). Ketiga juri tersebut memutuskan cerita rakyat: “Anggir Sarangga” karya Janang memenangkan hadiah Harapan III, “Bawi Kambang dan Bawi Ranjau” karya Yuni Sri (SMP PGRI) memenangkan hadiah Harapan II, “Leniri” karya Nisa Noorlela (SMAN 2 Pahandut) memenangkan hadiah Harapan I, “Indu Mien” karya Mega Melita T (SMAN 1 Pahandut) memenangkan hadiah ke-3, “Liang Saragi” karya Dwi Jelita Natalya Saragi (SMP Katolik Santo Paulus) memenangkan hadiah ke-2, dan cerita rakyat “Legenda Desa Mintin” karya Tri Arfayanti, S.Pd. (MTsN 1 Model Palangkaraya) memenangkan hadiah pertama. Karya para pemenang lomba ini semua dikirimkan ke Jakarta untuk mengikuti kegiatan sejenis pada tingkat nasional.

Sayembara Cipta Cerpen Remaja Se-Kalimantan Tengah tahun 2008 bertujuan menggali potensi kreatif remaja dalam menyalurkan bakat dan prestasinya dibidang kebahasaan dan kesastraan. Kegiatan ini diikuti oleh 38 peserta dengan juri Drs. Supardi, Elsy Suarni, S.Pd., dan Pahit S. Narattama, S.Hut., memutuskan sepuluh nominasi cerpen remaja terbaik se-Kalimantan Tengah. Adapun kesepuluh cerpen terbaik tingkat Kalimantan Tengah itu adalah “Bujang Si Anak Desa” karya Pratiwi Indah Surya Meida (SMAN 3 Jekanraya), “Liku-Liku Emosional Seorang Guru” karya Tri Yuni (SMAN 3 Jekanraya), “Lentera Terakhir” karya Nurul Hatimah (SMAN 3 Jekanraya), “Pertemuan Terencana” karya Rakhmawati Aulia (SMAN 3 Kuala Kapuas), “Misteri Dompet Kita” karya Ridha Mawadah (SMAN 1 Tamiang Layang), “Keputusan Terbaik” karya Bela Santa Rossi (SMAN 1 Tamiang Layang), “Gita Cinta dan Cita” karya Normantie (SMAN 1 Pahandut), “Kembar Pengantin” karya Evie Novitasari (SMAN 1 Pahandut), “Inilah Hidupku” karya Oktavina (SMAN 1 Pahandut), dan “Bunga untuk Mama” karya Sheilla Marlyana (MTsN Buntok). Kesepuluh cerpen tersebut akan diikutkan kegiatan yang sama di tingkat nasional, yakni dikirim ke Jakarta mengikuti sayembara sejenis.

Kepada semua pemenang sayembara tulis-menulis tersebut saya harapkan betul-betul sebagai karya asli mereka sendiri, bukan saduran, jiplakan, atau plagiator. Dari Panitia Sayembara Penulisan Cerita Rakyat tersebut saya peroleh laporan ada peserta yang mengirimkan ceritanya bukan karya aslinya sendiri, karya orang lain yang diaku miliknya. Kebetulan jurinya membaca dan itu adalah karya dari salah satu juri, Bapak Abdul Fatah Nahan. Tentu perbuatan ini sangat tercela, tidak terpuji, dan jangan sampai terulang lagi.

Lomba Baca Puisi Guru SD diadakan di Aula Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah pada tanggal 12—13 Agustus 2008. Pesertanya adalah guru SD se-Kalimantan Tengah, dan diikuti oleh 35 orang peserta. Dewan Juri yang diketuai oleh Drs. Makmur Anwar M.H. dengan anggota Elsy Suarni, S.Pd., dan Suyitno B.T. memutuskan Alfisyah (MIN Model Pahandut Palangkaraya) sebagai pemenang Harapan III, Mudjiasri, A.Ma. (SDN 8 Palangka) sebagai pemenang Harapan II, Suryo Sulistianto (SD Katolik Santa Don Bosco Palangkaraya) sebagai pemenang Harapan I, Ernawati, S.Ag. (MIN Model Pahandut Palangkaraya) sebagai pemenang III, Sumiatun Hartini, S.Pd. (MIN Model Pahandut Palangkaraya) sebagai pemenang II, dan Abdullah T., S.Ag. (MIN Langkai Palangkaraya) sebagai pemenang pertama. Penilaian juri meliputi penghayatan (40%), penampilan (30%), dan vokal (30%). Seluruh peserta lomba baca puisi guru SD ini juga akan dibekali pengetahuan tentang penulisan esai pengajaran bahasa dan sastra untuk mengikuti lomba di Jakarta dan penulisan puisi siswa SD oleh Kepala Balai Bahasa Kalteng.

Lomba Musikalisasi Puisi Siswa SLTP dan SLTA diadakan pada tanggal 19—20 Agustus 2008. Pesertanya adalah siswa SLTP dan SLTA se-Kalimantan Tengah yang diikuti oleh 13 kelompok musikalisasi. Dewan Juri yang diketuai oleh Dafi Fajar Rahardjo, S.Sn., dengan anggota Agung Catur Prabowo, M.Hut., dan M. Alimulhuda (sastrawan dan pekerja seni teater), memutuskan kelompok musikalisasi: “Muzika” SMAN 3 Jekanraya memenangkan Harapan III, “Fana Ferias” MTs Model Palangkaraya memenangkan Harapan II, “D’Best One” SMPN 2 Pahandut memenangkan Harapan I, “Mandera” MAN Model Palangkaraya memenangkan hadiah ke-3, “Penyang” SMAN 2 Jekanraya memenangkan hadiah ke-2, dan “Zukatair” SMAN 2 Pahandut memenangkan hadiah Pertama. Pemenang Pertama Lomba Musikalisasi Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah ini berhak menjadi duta Kalimantan Tengah dan akan dikirim ke tingkat nasional untuk mengikuti Festival Musikalisasi Puisi Tingkat Nasional pada tanggal 22—24 Oktober 2008 di Jakarta.

Kepada seluruh pemenang sayembara dan lomba kami ucapkan selamat atas prestasi yang diraihnya. Pada hari Rabu dan Kamis, 27—28 Agustus 2008 seluruh pemenang diundang ke Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah untuk menerima hadiah dan tampil dihadapan para hadirin menyampaikan buah karya yang diraihnya. Kami hanya dapat memberi penghargaan berupa Piagam Penghargaan, Piala, Buku-buku terbitan Pusat Bahasa, dan uang pembinaan ala kadarnya. Kami juga mengharapkan kepada semua pemenang untuk tetap dan terus berkarya dan berkarya menunjukkan prestasinya. Jangan hanya berhenti sampai di sini. Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah hanya memacu dan mendorong kreativitas, semangat berkarya, dan berprestasi yang lebih unggul dan lebih baik lagi, syukur-syukur hingga jenjang nasional ataupun internasional.

Penghargaan Tokoh Kebahasaan dan Kesastraan diberikan oleh Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2008 ini kepada tokoh masyarakat Kalimantan Tengah yang berjasa terhadap pengembangan dan pembinaan bahasa dan sastra di Kalimantan Tengah. Penghargaan ini semata-mata diberikan kepada tokoh berdasarkan: hasil karya kebahasaan dan kesastraan, kuantitas karya, kualitas karya, konsistensi dan komitmen dalam bidangnya, aktivitasnya dalam mengembangkan bahasa dan sastra, baik sastra Indonesia maupun sastra Daerah di Kalimantan Tengah, serta kharisma yang dimiliki tokoh tersebut. Sebagai ucapan syukur dan rasa terima kasih Balai Bahasa Kalteng kepada tokoh yang turut serta membantu pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra di Kalimantan Tengah perlu diberi penghargaan ini. Tokoh penerimaan penghargaan dari Balai Bahasa Kalteng ini diminta memberikan orasi/pidato penerimaannya pada pembukaan Puncak Acara Semarak Tahun Bahasa 2008 dalam Pekan Bahasa dan Sastra 2008 yang diadakan pada tanggal 27 Agustus 2008. Kedua tokoh yang berhak menerima penghargaan dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah ini adalah Prof. H.K.M.A.M. Usop, M.A. dan Drs. Makmur Anwar M.H.

Pekan Bahasa dan Sastra 2008 adalah salah satu kegiatan Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah dalam rangka menyemarakkan Tahun Bahasa 2008. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah, Jalan Tingang Km 3,5, Palangkaraya, pada tanggal 27—28 Agustus 2008. Dalam Pekan Bahasa dan Sastra 2008 ini ditampilkan: (1) Orasi/pidato kebahasaan/kesastraan oleh dua tokoh penerima Penghargaan Kebahasaan dan Kesastraan 2008 dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah, (2) Pembacaan Cerita Pendek Remaja hasil 10 nominasi Sayembara Cipta Cerpen Remaja 2008 Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah, (3) Pembacaan Cerita Rakyat Kalimantan Tengah hasil pemenang Sayembara Penulisan Cerita Rakyat Kalimantan Tengah Tahun 2008, (4) Pentas Baca Puisi Guru SD hasil pemenang Lomba Baca Puisi Guru SD Tahun 2008, (5) Pentas Musikalisasi Puisi hasil pemenang Lomba Musikalisasi Puisi Siswa SLTP dan SLTA se-Kalimantan Tengah tahun 2008, dan (6) Pentas Teater dari Sanggar Teater Terapung pimpinan Saudara M. Alimul Huda dan Agung Catur Prabowo, M.Hut. Sedianya kami juga akan menyelenggarakan Parade Pidato Mahasiswa tentang “Peran Generasi Muda dalam Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra dalam Upaya Memperkokoh Kesatuan dan Persatuan Bangsa”. Pidato mahasiswa ini ditiadakan karena kegiatannya diundur pada bulan Oktober 2008.

Pada bulan Oktober 2008 Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah masih menyisakan kegiatan: (1) Pidato Mahasiswa, (2) Bulan Bahasa dan Sastra di SMAN 1 Tamiang Layang, (3) Pengiriman Duta Bahasa Provinsi Kalteng ke ajang Pemilihan Duta Bahasa Tingkat Nasional, di Jakarta, (4) Pengiriman Kelompok Musikalisasi Puisi dari SMAN 1 Pahandut, Palangkaraya, ke ajang Festival Musikalisasi Puisi Tingkat Nasional, di Jakarta, (5) Pameran Kebahasaan dan Kesastraan di arena Kongres IX Bahasa Indonesia di Jakarta, 28—1 November 2008, (6) Penulisan Ensiklopedia Sastra Kalimantan Tengah, dan beberapa penelitian dan penyusunan kebehasaan dan kesastraan Kalimantan Tengah.

Itulah beberapa upaya yang dilakukan Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah bersama-sama masyarakat membangun bangsa yang lebih beradab dan bermartabat melalui pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra, Indonesia dan Daerah, di Kalimantan Tengah.

Kamis, 04 Februari 2010

Ranggawarsita dan Proses Kreatif


Proses kreatif penulisan karya-karya Ranggawarsita dimungkinkan oleh lingkungan, asal-usul keturunan, dan pengalaman hidupnya. Ranggawarsita berasal dari keluarga bangsawan Keraton Surakarta. Dari garis keturunan ayah, dia adalah keturunan ke-10 dari Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir), pendiri kerajaan Pajang. Dari garis keturunan ibu, dia adalah keturunan ke-13 Sultan Trenggana, raja Demak ketiga. Dari Sultan Trenggana ini menurunkan Pangeran Karang Gayam, pujangga kerajaan Pajang, yang telah menulis Serat Niti Sruti, yakni sebuah buku sastra yang berisi ajaran tentang etika kehidupan.
Ranggawarsita terlahir dengan nama Bagoes Boerhan adalah putra Pangeran Pajangswara, seorang juru tulis kerajaan Surakarta, yang biasa disebut dengan Yasadipura III. Kakek Bagoes Boerhan adalah Raden Tumengung Sastranegara atau biasa disebut Yasadipura II adalah seorang pujangga kerajaan yang banyak menulis karya sastra Jawa klasik, seperti Sasana Sunu dan Wicara Keras. Sementara itu, kakek buyutnya adalah Raden Tumenggung Yasadipura I, seorang pujangga besar kerajaan Surakarta yang menghasilkan karya sastra Jawa klasik, antara lain, Babad Giyanti, Dewa Ruci, Panitisastra, Serat Rama, dan Baratayuda. Dua karya terakhir disadur dalam versi Jawa dari kisah klasik Ramayana dan Mahabharata.
          Kakek dari pihak ibu, Soedirodihardjo, adalah seorang ahli tembang (seni suara) dan gending (musik gamelan Jawa). Kakek dari pihak ibu ini adalah pemaian vokal yang ulung di zamannya dan dikenal dengan sebutan “Soedirodihardjo Gantang”. Pada waktu-waktu tertentu Pak Gantang duduk di dalam sebuah kurungan dan ditarik ke atas pohon besar di dekat bangsal istana. Dari atas pohon itulah Pak Gantang melagukan tembang-tembang yang menggema ke seluruh istana. Mereka yang mendengarkannya selalu berdecak kagum atas suara merdu mendayu Pak Gantang. Atas keahlian yang dimilikinya itu Pak Gantang mampu menghasilkan lagu khas gending Jawa yang disebut dengan cengkok Palaran (gaya Palaran). Nama Palaran ini diambil dari nama desa tempat Pak Gantang tinggal, yaitu Desa Palar, sekitar 30 Km arah barat daya kota Surakarta.
          Dari garis keturunan atau asal-usul jelas tidak mengherankan apabila Bagoes Boerhan tertarik dan menekuni minatnya di dunia seni sastra. Menjelang awal abad XIX di Jawa menjadi masa-masa puncak berkembangnya genre sastra Jawa Klasik yang disebut dengan sastra Islam Kejawen. Istilah ini mengacu pada sebuah tradisi tulis yang mencoba memasukkan nilai-nilai ajaran Islam ke dalam tradisi warisan Hindu-Budha yang telah dibudaya Jawa-kan. Akar tradisi Islam Kejawen, atau Jawi Selam, sudah ada sejak zaman kerajaan Islam pertama di Jawa, yaitu kerajaan Demak. Melalui jasa para wali (Wali Sanga) penyebaran agama Islam di Jawa diadaptasikan dengan kultur budaya setempat seperti dengan istrumen tembang, wayang, dan gamelan Jawa.
          Sejak usia 2 hingga 12 tahun Bagoes Boerhan diasuh oleh kakeknya, Tumenggung Jasadipura II, sehingga sejak usia dini sudah diperkenalkan dengan dunia tulis-menulis atau sastra. Hal ini ditunjang oleh lingkungan tempat tinggal Bagoes Boerhan yang sedang giat-giatnya mengembangkan dunia sastra. Bagoes Boerhan berada di sekitar para tokoh sastra Jawa Klasik yang menjadi pilar kesusastraan Jawa sehingga mudah mencerna dan mengembangkannya. Di bawah asuhan kakeknya, tentu secara khusus, Bagoes Boerhan dididik tentang hal-hal yang berkaitan dengan dunia sastra, tembang, wayang, dan kebudayaan Jawa umumnya untuk dipersiapkan menjadi tokoh sastra masa depan.
          Pengalaman sehari-hari Ranggawarsita dalam menempuh perjalanan hidupnya banyak yang dituangkan dalam karya sastra yang ditulisnya, antara lain, Serat Jayengbaya, Kalatidha, dan Jaka Lodhang. Serat Jayengbaya, misalnya, adalah sebuah puisi panjang yang terdiri atas 250 bait. Dalam puisi naratif ini Ranggawarsita berkisah tentang seseorang yang sedang mencari jatidiri. Tokoh cerita ini merasa kedudukannya sekarang dalam kesusahan, yang merefleksikan atas hidupnya sendiri, dan membayangkan profesi lain yang menurutnya lebih enak, mulai dari pedagang kuda, penari, pemusik, prajurit, raja, bahkan menjadi Tuhan sekalipun. Namun, setiap kedudukannya itu, selain menawarkan kesenangan dan kenikmatan, juga mengandung resiko yang tampaknya tidak akan mampu ditanggungnya. Akhirnya, setelah direnungkan secara dalam, si tokoh memutuskan yang terbaik adalah menjadi diri sendiri.
          Tidak hanya pengalaman hidupnya sehari-hari yang dituangkan dalam karya sastra yang ditulis Ranggawarsita, tetapi juga pesanan raja sebagai pujangga istana. Dalam hal ini Ranggawarsita menulis, antara lain, Serat Paramayoga, Serat Pustaka Raja Purwa, dan Serat Cemporet. Sastra yang ditulis itu berusaha mengangkat derajat negara dan raja melalui kisah simbolik dalam dunia wayang. Serat Paramayoga mengisahkan perjalanan Nabi Adam beserta kisah kehidupan para dewa, sampai kemudian tanah Jawa mulai dihuni menusia dengan kedatangan Aji Saka, dari Himalaya, India, ke tanah Jawa.
          Buku sastra Pustaka Raja Purwa, merupakan kelanjutan kisah yang ada dalam Serat Paramayoga. Raja Aji Saka yang telah mampu menakhlukan raja Medangkamulan, Prabu Dewatacengkar hingga tenggelam di samudra selatan menjadi buaya putih, menurunkan raja-raja di tanah Jawa hingga sekarang kita kenal dalam sejarah. Dalam buku itu juga dikisahkan tentang muncul dan tenggelamnya berbagai kerajaan yang ada di Jawa. Dalam kisah raja-raja di Jawa itu juga banyak bertaburan legenda-legenda yang terjadi di tanah Jawa. Tentu saja kedua buku seperti itu dimaksudkan untuk melegitimasi kekuasaan raja-raja di Jawa dengan menciptakan mitos sebagai keturunan Nabi Adam dan para dewa, seperti kaisar Jepang sebagai keturunan Dewa Matahari (Amaterasu Omikami).
          Serat Cemporet ditulis Ranggawarsita atas permintaan Raja Paku Buwana IX. Dalam Serat Cemporet ini Ranggawarsita mengisahkan petualangan tiga orang putra raja yang tengah lari dari istana dan berguru di padepokan milik Ki Buyut Cemporet. Tentu saja kisah ini dipersembahkan kepada raja agar anak-anak raja tidak hanya tinggal bertopang dagu di istana, tetapi ke luar istana untuk berguru ilmu kanuragan atau ilmu kabatinan lainnya. Hal ini secara tersirat dilukiskan dalam petualangan ketiga anak raja yang sakti dan mampu menaklukan berbagai rintangan. Akhirnya, ketiga anak raja itu kembali ke istana memimpin negara dengan penuh kearifan.
          Ranggawarsita menulis ramalan tentang negara dan bangsa Indonesia melalui karya sastranya Serat Jaka Lodhang. Ramalan yang terkenal dengan istilah “Jangka Ranggawarsitan” ini mengisahkan keadaan negara yang serba kacau balau, karut marut, banyak bencana terjadi, dan penderitaan yang berkepanjangan. Suatu saat akan datang kemenangan bangsa bumi putra atas penjajahan asing, tahun yang diperkirakan adalah 1877 Saka atau awal tahun 1946 Masehi. Kenyataannya bangsa Indonesia dapat bebas, merdeka, dari penjajahan pada 17 Agustus 1945, hanya terpaut beberapa bulan dari apa yang diramalkan Ranggawarsita.