Selamat Datang

Selamat datang Saudara-saudaraku semuanya di blog "Puja-Puji" ini. Selamat menikmati, mencermati, dan mengoreksi sajian yang saya tampilkan dalam blog ini. Sekiranya Saudara berkenan memberi kritik, saran, komentar, dan masukan apa pun terhadap tampilan blog ini tentu saya merasa senang, bangga, dan terhormat, agar terjadi komunikasi dua arah. Silakan menuliskannya di tempat yang telah disediakan. Salam kami.

Kamis, 29 Juli 2010

Adibahasa 2007

Kalteng Terbaik Nasional Adibahasa 2007 PDF Cetak E-mail
Penghargaan Bulan Bahasa dan Sastra 2007
Kalteng Terbaik Nasional Adibahasa
ATN-Center - Provinsi Kalimantan Tengah dinobatkan terbaik pertama nasional penerima Penghargaan Adi Bahasa tahun 2007 oleh Pusat Bahasa, karena dinilai paling tertib dalam menggunakan bahasa Indonesia di ruang publik. Posisi terbaik ini berhasil mengungguli 32 provinsi lainnya di tanah air.
Penganugerahan ini dilakukan dalam rangka puncak peringatan Bulan Bahasa dan Sastra 2007 yang berlangsung di Pusat Bahasa Jakarta 4 - 8 November 2007 lalu.
      Keberhasilan Bumi Tambun Bungai meraih peringkat pertama itu, setelah melalui tahapan penilaian juri yang meliputi pemakaian bahasa di jalan-jalan protokol, tempat-tempat strategis, serta pemakaian bahasa pada papan nama, pusat perbelanjaan, perumahan, tempat usaha, perhotelan, papan petunjuk wisata dan lalu lintas serta baliho.
      Menurut Kepala Balai Bahasa Kalteng, Drs Puji Santosa MHum, jika dibandingkan dengan Provinsi lain, Kalteng sangat layak meraih predikat Adi Bahasa.
      Menurutnya, penilaian terhadap Kalteng itu, bukan hanya sebatas penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik saja, namun meliputi beberapa dokumentasi yang ditulis oleh Pemerintah Provinsi, produk-produk hukum, Peraturan Daerah (Perda), termasuk penilaian penggunaan bahasa Indonesia dikalangan media, baik elektronik maupun cetak.
     “Sangat layak bagi Kalteng untuk menduduki peringkat pertama. Semoga Kalteng di tahun depan masih di urutan pertama lagi, karena kalau berturut-turut menduduki urutan pertama, akan memperoleh piagam Adi Bahasa yang di tahun 2008 mendatang akan diserahkan langsung oleh Presiden,” katanya.
      Untuk dapat mempertahankan predikat itu, menurut Puji, pihaknya akan terus menggugah kesadaran masyarakat khususnya di Kalteng, untuk berpartisipasi dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik di ruang-ruang publik maupun penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar melalui media massa.
       Menurutnya, sentuhan bahasa media massa juga dinilai penting, karena media massa merupakan media pembelajaran dalam pembentukan sikap dan prilaku masyarakat dalam berbahasa. “Mungkin juga nanti dalam bentuk kampanye-kampanye penggunaan bahasa Indonesia, ataupun kegiatan lain yang dapat menggugah masyarakat dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,” katanya.
      Provinsi yang dinilai menggunakan bahasa Indonesia di ruang publik dengan baik, selain Kalteng, ada Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Banten, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Timur, Kepulauan Riau dan DKI Jakarta.
       Selain penganugerahan Adi Bahasa 2007, dalam Puncak Bulan Bahasa dan Sastra 2007, Pusat Bahasa Depdiknas juga memberikan penghargaan kepada 10 media massa sebagai media massa yang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.
       Peringkat pertama hingga sepuluh itu, Koran Tempo, Kompas, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Seputar Indonesia, Pikiran Rakyat, Solo Pos, Suara Merdeka, Indo Pos dan Republika.
       Sumber : http://www.atn-center.org/
       Sabtu, 24 November 2007

Semarak Tahun Bahasa 2008

Sambutan Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah pada Puncak Acara Semarak Tahun Bahasa 2008 PDF Cetak E-mail
Asalamualaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera
Selamat pagi
          Pertama-tama, saya ucapkan selamat datang di Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah. Pagi yang cerah dan berbahagia sehingga kita semua dapat berkumpul di Aula Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah ini tentunya berkat lindungan, tuntunan, pencerahan, rahmat, hidayat, dan kasih Tuhan Yang Maha Esa. Rasa syukur senantiasa tiada henti-hentinya kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha berkat limpahan kasih dan sayangnyalah kita semua dapat berkumpul bersama menghadiri Puncak Acara Semarak Tahun Bahasa 2008 dalam Pekan Bahasa dan Sastra.
           Bapak, Ibu, dan Saudara hadirin yang kami muliakan.
          Terima kasih yang tak terhingga dan setulus-tulusnya kepada segenap tamu undangan yang telah memenuhi undangan kami hadir di Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah untuk bersama-sama menyaksikan Pembukaan Puncak Acara Semarak Tahun Bahasa 2008 dalam Pekan Bahasa dan Sastra.
          Tahun 2008 ditetapkan sebagai Tahun Bahasa karena bertepatan dengan 100 tahun (satu abad) kebangkitan nasional, 80 tahun (10 windu) Sumpah Pemuda, dan 60 tahun Pusat Bahasa berkiprah dalam bidang kebahasaan dan kesastraan untuk lebih memartabatkan bangsa melalui bahasa. Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah pun kini sudah berumur satu windu atau delapan tahun bersama masyarakat Kalimantan Tengah membangun bangsa yang lebih beradab dan bermartabat.
Dalam rangka menyemarakkan Tahun Bahasa 2008 dan hari ulang tahun ke-63 Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (17 Agustus 1945—17 Agustus 2008), Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah menggelar berbagai kegiatan kebahasaan dan kesastraan di di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah pada sepanjang tahun 2008 ini. Kegiatan kebahsaan dan kesastraan ini dinamai “Semarak Tahun Bahasa 2008: Merdeka! dan Merdeka!”.
          Tujuan diadakan kegiatan ini adalah untuk membangkitkan minat masyarakat Kalimantan Tengah terhadap kegiatan kebahasaan dan kesastraan, meningkatkan apresiasi dan kreativitas masyarakat Kalimantan Tengah dalam pembelajaran bahasa dan sastra, menumbuhkan-kembangkan sikap positif, bangga, dan rasa cinta dengan bahasa dan sastra milik sendiri, serta memupuk rasa solidaritas untuk semakin memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dalam mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia.
          Tema kegiatan ini adalah “Melalui pembelajaran bahasa dan sastra, Indonesia dan Daerah, kita tingkatkan minat baca masyarakat Kalimantan Tengah dalam rangka menyemarakkan Tahun Bahasa 2008 dan sekali Merdeka! tetap Merdeka!”.
          Bapak, Ibu, dan Saudara hadirin yang kami hormati.
          Sepanjang tahun 2008 Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah telah melakukan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Diawali tahun 2008 kami melaksanakan temu sastrawan Kalimantan Tengah untuk membicarakan tawaran Korrie Layun Rampan untuk berperan serta dalam Dialog Sastarawan Kalimantan-Borneo di Samarindra tahun 2009. Para anggota Ikatan Sastrawan Kalimantan Tengah (ISASI) akan ikut aktif dalam kegiatan tersebut.
          Untuk menghidupkan kegiatan Forum Bahasa Media Massa (FBMM) Kalimantan Tengah dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalteng, Balai Bahasa pun ikut berperan serta dalam kegiatan diskusi kebahasaan yang diselenggarakan di kantor Redaksi Kalteng Pos, 16 Februari 2008 dan 9 Juni 2008. Diskusi yang pertama disiarkan secara langsung oleh Radio KPFM selama dua jam. Diskusi kebahasaan yang kedua di selenggarakan di RRI Palangkaraya, Sabtu, 19 April 2008, dan sekaligus disiarkan secara langsung selama dua jam. Kegiatan lain adalah Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) terhadap 85 wartawan yang mengikuti Karya Latihan Wartawan (KLW) di Sampit, 30 Maret 2008, serta Seminar Bahasa Media Massa di Palangkaraya pada hari Senin, 9 Juni 2008, dengan mendatangkan Kepala Pusat Bahasa, Dr. Dendy Sugono, dan Ketua FBMM Pusat, TD Asmadi.
          Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah pun sangat peduli terhadap pembinaan, pengembangan, pemeliharaan, dan pelestarian bahasa Daerah. Untuk keperluan ini Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah telah menggelar Seminar Nasional Bahasa Dayak di Palangkaraya pada tanggal 10 Juni 2008 dengan menghadirkan pembicara Drs. Hardy Rampay, M.Si., Dr. Arnosianto M. Mage, M.A., Dr. Petrus Poerwadi, M.S., dan Drs. Yohanes Kalamper. Hasil seminar ini merekomendasikan untuk diadakan Kongres Bahasa Dayak secara internasional di Palangkaraya pada tahun 2009 atau 2010 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah.
          Untuk meningkatkan mutu pengguna bahasa Indonesia yang baik dan benar, terutama bahasa persuratan dan tata dinas, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah telah melaksanakan penyuluhan Bahasa Indonesia kepada masyarakat Kalimantan Tengah, yang diikuti oleh guru-guru nonbahasa dan kepala tata usaha sekolah dan kepala tata uasaha dinas kabupaten, di Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, 27—29 Maret 2008, dan di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, 12—14 Mei 2008. Untuk penyegaran Bahasa Indonesia para pejabat di lingkungan pemerintah provinsi dan kabupaten, dimulai dari pejabat eselon IV dan III, dan pemayarakatan Bahasa Indonesia untuk pelaku pembuat reklame, papan nama, spanduk, baliho, dan media ruang publik, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah telah merencanakan kegiatan ini dengan Biro Kesra Pemda Provinsi Kalteng yang diwakili oleh Kepala Bagian Bina Sosial pada tanggal 16—17 Juli 2008 di Jakarta.
          Selain penyuluhan Bahasa Indonesia, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2008 ini juga melaksanakan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) kepada guru, karyawan, siswa SMK di kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, 12 April 2008, dan di Kabupaten Sukamara, 23 Juli 2008, serta para peserta pemilihan Duta Bahasa dan Duta Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008, pada tanggal 20 Mei 2008 di Aula Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah. Para peserta pemilihan duta bahasa dan duta pariwisata ini juga dibekali keterampilan berbahasa Indonesia, berbahasa daerah, dan juga berbahasa Inggris.
          Pembinaan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan nasional tidak hanya kepada masyarakat pribumi atau warga negara Republik Indonesia, tetapi juga bagi para penutur asing. Para turis manca negara dan pekerja asing pun perlu mendapatkan pembinaan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah juga menyosialisasikan dan mengembangkan Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) kepada masyarakat dan calon pengajar BIPA di Palangkaraya, 1 April 2008, dan di Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, 25 Juni 2008. 
          Bapak, Ibu, dan Saudara hadirin yang kami banggakan.
          Dalam upaya meningkatkan mutu apresiasi siswa dan guru bahasa Indonesia SLTP dan SLTA, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah tidak tinggal diam di tempat. Bersama beberapa sastrawan Kalimantan Tengah kami bekerja sama menyelenggarakan “Bengkel Penulisan Kreatif Cerita Pendek Remaja” di Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, tempat kelahiran sastrawan nasional Fridolin Ukur, pada tanggal 2—4 April 2008, dan di Buntok, Kabupaten Barito Selatan, 14—15 Mei 2008. Tidak hanya bengkel penulisan kreatif cerita pendek remaja, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah juga menyelenggarakan “Bengkel Musikalisasi Puisi” bagi siswa SLTP dan SLTA dan juga gurunya, di Buntok, Kabupaten Barito Selatan, 28—29 Juli 2008.
          Sementara itu, untuk meningkatkan mutu apresiasi sastra masyarakat Kalimantan Tengah, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah bekerja sama dengan MGMP Bahasa Indonesia SMK Kota Palangkaraya menyelenggarakan Seminar Apresiasi Sastra yang Menyenangkan dan Inovatif, di Palangkaraya, Sabtu, 16 Februari 2008, diikuti lebih dari 300 guru, mahasiswa, dan sastrawan, serta menyelenggarakan Dialog Sastra bersama sastrawan sufistik Danarto, di Kuala Kapuas, 19 Maret 2008 dan di Palangkaraya, 20 Maret 2008 yang diikuti lebih dari 100 orang.
          Masih bekerja sama dengan MGMP Bahasa Indonesia SMK Kota Palangkaraya, ditambah dengan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID) FKIP Universitas Palangkaryara, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah menyelenggarakan bedah buku kumpulan cerpen Perempuan yang Memburu Hujan karya sastrawan asal Kuala Pembuang, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Sandi Firly, pada tanggal 7 Mei 2008. Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah pun ikut juga memeriahkan Seminar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kesastraan yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Palangkaraya, dalam memeriahkan hari Chairil Anwar, 28 April 2008, yang diiukuti peserta lebih dari 450 orang.
            Bapak, Ibu, dan Saudara hadirin yang kami martabatkan.
          Pembinaan peningkatkan apresiasi sastra bagi masyarakat Kalimantan Tengah terus kami upayakan. Bulan yang lalu, tepatnya pada tanggal 14 Juli 2008, kami selenggarakan Temu Sastra Majelis Sastera Asia Tenggara bersama sastrawan nasional Hamsad Rangkuti. Dalam temu sastra ini juga kami hadirkan sastrawan karungut dari Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kurnia Untel. Kegiatan ini diikuti lebih dari 150 orang.
          Kegiatan lomba dan sayembara pun kami laksanakan guna meningkatkan mutu apresiasi sastra masyarakat Kalimantan Tengah pada tahun 2008 ini.
Sayembara Penulisan Cerita Rakyat Kalimantan Tengah Tahun 2008. Sayembara cerita rakyat ini bertujuan menggali potensi budaya nilai-nilai kearifan lokal (lokal genius) Kalimantan Tengah. Kegiatan ini hanya diikuti 18 peserta dengan Juri Abdul Fatah Nahan, Dr. Petrus Poerwadi, M.S., dan Dra. Nani Setiawati, M.Si. Ketiga juri memutuskan cerita rakyat: “Anggir Sarangga” karya Janang memenangkan hadiah Harapan III, “Bawi Kambang dan Bawi Ranjau” karya Yuni Sri (SMP PGRI) memenangkan hadiah Harapan II, “Leniri” karya Nisa Noorlela (SMAN 2 Pahandut) memenangkan hadiah Harapan I, “Indu Mien” karya Mega Melita T (SMAN 1 Pahandut) memenangkan hadiah ke-3, “Liang Saragi” karya Dwi Jelita Natalya Saragi (SMP Katolik Santo Paulus) memenangkan hadiah ke-2, dan cerita rakyat “Legenda Desa Mintin” karya Tri Arfayanti, S.Pd. (MTsN 1 Model Palangkaraya) memenangkan hadiah pertama.
          Sayembara Cipta Cerpen Remaja Se-Kalimantan Tengah tahun 2008 bertujuan menggali potensi kreatif remaja dalam menyalurkan bakat dan prestasinya dibidang kebahasaan dan kesastraan. Kegiatan ini diikuti oleh 38 peserta dengan juri Drs. Supardi, Elsy Suarni, S.Pd., dan Pahit S. Narattama, S.Hut., memutuskan sepuluh nominasi cerpen remaja terbaik se-Kalimantan Tengah. Adapun kesepuluh cerpen terbaik tingkat Kalimantan Tengah itu adalah “Bujang Si Anak Desa” karya Pratiwi Indah Surya Meida (SMAN 3 Jekanraya), “Liku-Liku Emosional Seorang Guru” karya Tri Yuni (SMAN 3 Jekanraya), “Lentera Terakhir” karya Nurul Hatimah (SMAN 3 Jekanraya), “Pertemuan Terencana” karya Rakhmawati Aulia (SMAN 3 Kuala Kapuas), “Misteri Dompet Kita” karya Ridha Mawadah (SMAN 1 Tamiang Layang), “Keputusan Terbaik” karya Bela Santa Rossi (SMAN 1 Tamiang Layang), “Gita Cinta dan Cita” karya Normantie (SMAN 1 Pahandut), “Kembar Pengantin” karya Evie Novitasari (SMAN 1 Pahandut), “Inilah Hidupku” karya Oktavina (SMAN 1 Pahandut), dan “Bunga untuk Mama” karya Sheilla Marlyana (MTsN Buntok). Kesepuluh cerpen tersebut akan diikutkan kegiatan yang sama di tingkat nasional, yakni dikirim ke Jakarta.
          Kepada semua pemenang sayembara tulis-menulis tersebut saya harapkan betul-betul sebagai karya asli mereka sendiri, bukan saduran, jiplakan, atau plagiator. Dari Panitia Sayembara Penulisan Cerita Rakyat tersebut saya peroleh laporan ada peserta yang mengirimkan ceritanya bukan karya aslinya sendiri, karya orang lain yang diaku miliknya. Kebetulan jurinya membaca dan itu adalah karya dari salah satu juri. Tentu perbuatan ini sangat tercela, tidak terpuji, dan jangan sampai terulang lagi.
          Lomba Baca Puisi Guru SD diadakan di Aula Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah pada tanggal 12—13 Agustus 2008. Pesertanya adalah guru SD se-Kalimantan Tengah, dan diikuti oleh 35 orang peserta. Dewan Juri yang diketuai oleh Drs. Makmur Anwar M.H. dengan anggota Elsy Suarni, S.Pd., dan Suyitno B.T. memutuskan  Alfisyah (MIN Model Pahandut Palangkaraya) sebagai pemenang Harapan III, Mudjiasri, A.Ma. (SDN 8 Palangka) sebagai pemenang Harapan II, Suryo Sulistianto (SD Katolik Santa Don Bosco Palangkaraya) sebagai pemenang Harapan I, Ernawati, S.Ag. (MIN Model Pahandut Palangkaraya) sebagai pemenang III, Sumiatun Hartini, S.Pd. (MIN Model Pahandut Palangkaraya) sebagai pemenang II, dan Abdullah T., S.Ag. (MIN Langkai Palangkaraya) sebagai pemenang pertama. Penilaian juri meliputi penghayatan (40%), penampilan (30%), dan vokal (30%).
          Lomba Musikalisasi Puisi Siswa SLTP dan SLTA diadakan pada tanggal 19—20 Agustus 2008. Pesertanya adalah siswa SLTP dan SLTA se-Kalimantan Tengah yang diikuti oleh 13 kelompok musikalisasi. Dewan Juri yang diketuai oleh Dafi Fajar Rahardjo, S.Sn., dengan anggota Agung Catur Prabowo, M.Hut., dan M. Alimulhuda pekerja seni teater, memutuskan kelompok musikalisasi: “Muzika” SMAN 3 Jekanraya memenangkan Harapan III, “Fana Ferias” MTs Model Palangkaraya memenangkan Harapan II, “D’Best One” SMPN 2 Pahandut memenangkan Harapan I, “Mandera” MAN Model Palangkaraya memenangkan hadiah ke-3, “Penyang” SMAN 2 Jekanraya memenangkan hadiah ke-2, dan “Zukatair” SMAN 2 Pahandut memenangkan hadiah Pertama. Pemenang Pertama Lomba Musikalisasi Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah ini berhak menjadi duta Kalimantan Tengah dan akan dikirim ke tingkat nasional untuk mengikuti Festival Musikalisasi Puisi Tingkat Nasional pada tanggal 22—24 Oktober 2008 di Jakarta.
           Kepada seluruh pemenang sayembara dan lomba kami ucapkan selamat atas prestasi yang diraihnya. Pada hari ini seluruh pemenang diundang ke Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah untuk menerima hadiah dan tampil dihadapan para hadirin menyampaikan buah karya yang diraihnya. Kami hanya dapat memberi penghargaan berupa Piagam Penghargaan, Piala, Buku-buku terbitan Pusat Bahasa, dan uang pembinaan ala kadarnya. Kami mengharapkan kepada semua pemenang untuk tetap dan terus berkarya dan berkarya menunjukkan prestasinya. Jangan hanya berhenti sampai di sini. Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah hanya memacu dan mendorong semangat berkarya dan berprestasi yang lebih unggul dan lebih baik lagi, syukur-syukur hingga jenjang nasional ataupun internasional.
          Bapak, Ibu, dan Saudara hadirin yang sangat kami adabkan.
          Penghargaan Tokoh Kebahasaan dan Kesastraan akan diberikan oleh Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2008 ini kepada tokoh masyarakat Kalimantan Tengah yang berjasa terhadap pengembangan dan pembinaan bahasa dan sastra di Kalimantan Tengah. Penghargaan ini semata-mata diberikan kepada tokoh berdasarkan: hasil karya kebahasaan dan kesastraan, kuantitas karya, kualitas karya, konsistensi dan komitmen dalam bidangnya, aktivitasnya dalam mengembangkan bahasa dan sastra, baik sastra Indonesia maupun sastra Daerah di Kalimantan Tengah, serta kharisma yang dimiliki tokoh tersebut. Sebagai ucapan syukur dan rasa terima kasih Balai Bahasa Kalteng kepada tokoh yang turut serta membantu pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra di Kalimantan Tengah perlu diberi penghargaan ini. Tokoh penerimaan penghargaan dari Balai Bahasa Kalteng ini nanti diminta memberikan orasi/pidato penerimaannya pada pembukaan Puncak Acara Semarak Tahun Bahasa 2008 dalam Pekan Bahasa dan Sastra 2008 yang diadakan pada tanggal 27 Agustus 2008. Kedua tokoh yang berhak menerima penghargaan dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah ini adalah Prof. H.K.M.A.M. Usop, M.A. dan Drs. Makmur Anwar M.H.
          Pekan Bahasa dan Sastra 2008 adalah salah satu kegiatan Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah dalam rangka menyemarakkan Tahun Bahasa 2008. Kegiatan ini akan dilaksanakan di Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah, Jalan Tingang Km 3,5, Palangkaraya, pada tanggal 27—28 Agustus 2008. Dalam Pekan Bahasa dan Sastra 2008 ini akan ditampilkan: (1) Orasi/pidato kebahasaan/kesastraan oleh dua tokoh penerima Penghargaan Kebahasaan dan Kesastraan 2008 dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah, (2) Pembacaan Cerita Pendek Remaja hasil 10 nominasi Sayembara Cipta Cerpen Remaja 2008 Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah, (3) Pembacaan Cerita Rakyat Kalimantan Tengah hasil pemenang Sayembara Penulisan Cerita Rakyat Kalimantan Tengah Tahun 2008, (4) Pentas Baca Puisi Guru SD hasil pemenang Lomba Baca Puisi Guru SD Tahun 2008, (5) Pentas Musikalisasi Puisi hasil pemenang Lomba Musikalisasi Puisi Siswa SLTP dan SLTA se-Kalimantan Tengah tahun 2008, dan (6) Pentas Teater dari Sanggar Teater Terapung pimpinan Saudara M. Alimul Huda. Sedianya kami juga kan menyelenggarakan Parade Pidato Mahasiswa tentang “Peran Generasi Muda dalam Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra dalam Upaya Memperkukuh Kesatuan dan Persatuan Bangsa”. Pidato mahasiswa ini ditiadakan karena kegiatannya diundur pada bulan Oktober 2008.
          Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya atas partisipasi, peran serta, dan kehadiran masyarakat Kalimantan Tengah dalam menyukseskan berbagai kegiatan tersebut.
Kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah atau yang mewakilinya, kami mohon dapat memberi sepatah kata sambutan dan sekaligus membuka kegiatan ini.
Kami tidak berpanjang kata lagi. Akhir kata kami hanya mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada segenap hadirin yang telah berkenan hadir di aula Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah. Apabila ada tutur kata dan perbuatan kami yang kurang berkenan di hati para hadirin, kami mohon maaf yang setulus-tulusnya.
Sekian dan Wasalamualaikum Wr Wb.

                                      Palangkaraya, 27 Agustus 2008

                                      Drs. Puji Santosa, M.Hum.
                                      Plt. Kepala Balai Bahasa Kalteng

Kesan dan Pesan








Kesan dan Pesan Makmur Anwar dan Darmawati M.R., pada acara Serah Terima Jabatan Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalteng
PDF Cetak E-mail

         Aku punya teman. Orangnya biasa-biasa saja, namanya biasa-biasa saja, gelarnya biasa-biasa saja, tapi pergaulannya sangat mengesankan. Tidak memilih satu kelompok untuk dipergauli tapi rata menyeluruh. Pertama datang  ke sebuah kota tempat kerjanya yang baru ia diajak hadir ke sebuah peringatan Hari Ulang Tahun sebuah sanggar, ia mau bahkan ikut memetiahkan acara dengan membaca puisi. Dalam dialog yang diadakan ikut bergabung dan duduk lesehan di lantai. Ia menyisihkan predikat jabatan yang disandangnya sementara untuk bergaul bersama manusia yang ia anggap sama sederajat, meski oleh pihak lain tak dipandang seblah mata sekalipun. Penampilan sehari-harinya dalam pergaulan tidak membeda-bedakan kedudukan dan jabatan. Ia benar-benar menunjukkkan kalau dirinya adalah pelayan masyarakat. Ia orang baru di sana tapi cepat menjadi akrab dengannya karena banyak teman yang disapa dan menyapanya. Dengan masyarakat atau komunitas sastra objek garapannya yang utama sangat baik. Dialah yang menggoyang citra sastrawan di kota ini yang semula adem ayem tanpa aktivitas dilibatkan dengan program-program kegiatan lembaga yang dipimpinnya. 
Guru-guru SD yang selama ini hanya dipandang sebelah mata dalam aktivitas kesastraannya mulai menggeliat dengan ituk lomba baca puisi bahkan pemenangnya dikirimkan ke ibukota negara Jakarta kota metropolitan yang jarang dikunjungi kelompok orang kelas akar rumput itu. Siswa-siswinya diajak berceloteh dengan cerita pendek dan cerita rakyatnya. Siswa-siswi SMP dan SLTA-nya juga diajak bergabung dengan cabang seni sastra yang lain. Baca puisi, Musikalisasi Puisi dan sebagainya. Seminar-seminar tentang kebahasaan juga ramai mewarnai gedung yang baru selesai dibangunnya itu. Seminar pengajaran bahasa Indonesia dan Seminar bahasa Dayak tidak terlewatkan dari garapannya juga. Dunia maya dirambahnya pula sehingga perihal kegiatan lembaganya dapat dibaca dan diikuti oleh siapa pun yang punya ketertarikan. Ditelusurinya lorong-lorong kecil dunia kesastraan yang orang lain merasa benci dan kurang perhatian justru dicatat dan pertama kalinya di daerah ini ada sebuah penghargaan untuk tokoh-tokoh kebahasaan dan kesastraan. Sekarang di benaknya ada sebuah gagasan yang akan diluncurkan namun saying ia akan segera meninggalkan kota cantik kita. Orang-orang sastra yang lemah dan tidak memihak itu kini harus menitipkan harapannya ke mana? Tapi biarlah semua itu terjadi karena harus terjadi sebab kepindahannya ke kota Cantik karena karya dan pengabdiannya dibutuhkan di tempat lain juga. Dan kursi yang ditinggalkannya pasti ada orang lain yang duduk untuk mengendalikan aktivitas kantornya. Di kantor pusat pun ia diperlukan karena butir-butir akal dan nalarnya yang kreatif. Kalau ia tetap di sini malah ia tak memiliki peran lagi.
Siapakah tokoh sentral dalam cerita pendek tadi? Ialah Puji santosa. Drs. Puji Santosa, M. Hum. Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah yang telah dicabnut SK-nya dan akan segera meninggalkan  kota cantik ini. Kita sampaikan selamat menunaikan tugas di tempat baru semoga sukses.
Kelompok sastra memang sedih meski tak menitikkan air mata. Satu hal yang sangat diharapkan adalah agar kepada mereka Pak Puji sapaan akrab kami tidak lupa dan masih mau mengulurkan tangan untuk memberi bimbingan bantuan dan arahan terutama untuk menghubungkan dengan orang-orang yang punya izin penerbitan agar karya orang di kota cantik ini pun dapat mengisi perpustakaan Pusat Bahasa dan minimal Perpustakaan daerah Kalimantan Tengah di Palngkaraya. Dalam serah terima jabatan tadi diserahkan catatan perihal yang sudah dilaksanakan.  Harapan kami itu akan menjadi catatan untuk pejabat baru mengawali tugasnya, melengkapi kekurangannya, meningkatkan kelemahannya.
Ciri organisasi yang hidup memang ada perubahan dan ada permutasian. Orang baru yang duduk di kursinya diharpkan oleh masyarakat daerah dan kota ini untuk melanjutkan apa-apa yang sudah dirintisnya. Diteruskan dan dikembangkan dan dipercepat pergerakannya. Kami yakin bahwa ia juga orang yang berperhatian terhadap dunia kesastraan. Selamat dating Bapak Sumadi di kota cantik Palangkaraya tugas berat menanti anda karena tugas berat menanti anda karena tugas Pak Puji belum sepenuhnya berhasil. Manusiasi. Semoga di bawah garapan tangan anda balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah berjalan cepat dan mempunya jalinan kerja yang lebih akrab. Kepada Bapak saya  perkenalkan bahwa saya penganut Prof. Dr. Amra Halim dalam penggunaan kata provinsi dan propinsi. Karena itu mohon maaf kalau bibir saya mengucap kata propinsi. Selamat Bekerja.

Palangkaraya, 10 Desember 2008

Kesan Darmawati M.R.
Mari Kayuhlah  Lagi
Ini bukan sebuah keberakhiran
Bukan pula saat horison semburatkan jingga di ujung hari.
Kita hanya tiba di satu titik perhentian
Untuk melepas penat sejenak
Untuk mengisi ulang perbekalan
Untuk  menapak tilas sejauh mana kita telah berjalan
Sepanjang perjalanan lalu,
ada gumam
ada racauan
ada buraian pemikiran
ada persangkaan
tawa
tangis
Ada banyak hal  tereja dalam kebersamaan, lalu termangu dalam kekinian
Detik ini ingin kuulas saja, sebuah epilog yang mungkin saja tak terkatakan karena  ragu.
Aku bukan Kuntowijoyo yang melarang kalian jatuh cinta pada bunga-bunga
Bukan pula Danarto yang menjaring malaikat 
Atau bahkan Hamsad Rangkuti yang melihat Biibir dalam Pispot
Bukan pula salah satu dari orang-orang Bloomington yang tersesat di Bumi Tambun Bungai
Aku hanyalah jukung di Bumi Manusia
Mencoba bawa kalian ke Kota Asa
Mari kayuhlah lagi
Tidak peduli cinta datang dan pergi, perjalanan harus tetap dilanjutkan bukan?
Dengan permohonan maaf yang mengalir dari hulu kealpaan
serta terima kasih yang meriak dari lubuk pengabdian, kuucap
SELAMAT JALAN P' PUJI
Baktimu telah terpahat abadi dalam memori tiada pudar
Terhembus pula euforia SELAMAT DATANG pada P' Sumadi
Terimalah  dayung ini dengan segenap cintamu
Mari kita susuri Kahayan dengan segala lekuknya
Ini bukan sebuah keberakhiran,
Tapi doa kala horison bersemu jingga di awal hari
Mari kayuhlah lagi...
Palangkaraya, 9 Desember 2008

Rabu, 28 Juli 2010

Batu Belah

Batu Belah adalah cerita rakyat dari daerah Nangro Aceh Darussalam, ujung utara Pulau Sumatera. Cerita rakyat ini telah diabadikan dalam bentuk sajak balada oleh Amir Hamzah pada tahun 1930-an dan terbit dalam buku kumpulan sajak Nyanyi Sunyi (1937). Cerita tentang “Batu Belah” ini sangat terkenal di daerah seputar pulau Sumatera, terutama Sumatera Utara dan Aceh. Kisah ini ada yang menyebut sebagai “Batu Bertangkup” atau “Batu Bekabaran” menjadi sangat terkenal di daerah tersebut karena dimanfaatkan oleh rakyat sebagai pelipur lara. Bahkan, James Danandjaja (1984) dalam bukunya Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti) kisah “Atu Belah” dimanfaatkan sebagai contoh lembaran arsip folklor Legenda Sumatra-Gayo-Desa Penarun.

Junus Melalatoa, lelaki asal Gayo yang tinggal di Jakarta, pada tanggal 12 Mei 1972, menuturkan kisah “Atu Belah” sebagai berikut.
Pada masa yang lalu, di desa Penarun, Gayo, hidup satu keluarga miskin. Keluarga ini mempunyai dua orang anak, seorang berumur tujuh-delapan tahun dan yang kedua masih menetek.

Bapak kedua anak ini hidup sebagai petani. Pada waktu senggangnya dia selalu berburu rusa ke hutan-hutan. Di samping itu, dia banyak menangkap belalang sawah dan sedikit demi sedikit dikumpulkannya di dalam lumbung.

Pada suatu hari dia, si bapak, pergi berburu rusa. Di rumah tinggal istri dan anak-anaknya. Waktu makan si anak yang besar menangis meminta lauk ikan kepada ibunya. Ikan itu tidak ada sehingga ibunya bingung mencari ke mana-mana untuk memenuhi permintaan anaknya. Akhirnya, si ibu memerintahkan anaknya untuk mengambil sendiri belalang yang ada dalam lumbung. Ketika sang anak membuka tutup lumbung, belalang-belalang itu lepas dan habis berterbangan.

Sementara itu bapaknya pulang berburu, walau telah berhari-hari, bapaknya tidak membawa hasil buruannya. Si Bapak lelah sekali, di samping merasa kesal karena tidak berhasil dalam berburu. Ketika si Bapak mengetahui dari istrinya bahwa belalang yang dikumpulkannya dengan susah payah habis lepas berterbangan dari dalam lumbung, seketika itu pula si Bapak sangat marah. Ketika sampai pada puncak kemarahannya, si Bapak tega mengusir istrinya dari rumahnya.

Si Ibu yang diusir suaminya itu menangis dan segera meninggalkan rumahnya. Si Ibu berjalan menuju ke arah tempat Batu Belah yang selalu menerima dan menelan siapa saja yang bersedia ditelannya, asal saja dia mampu mengucapkan sambil bernyanyi: “Rang … rang … rangkup/ Rang … rang … rangkup/ Batu belah batu bertangkup/ Ngeri berbunyi berganda kali// Batu belah batu bertangkup/ Batu tepian tempat mandi/ Insya Allah tiadaku takut/ Sudah demikian kuperbuat janji”.

Sementara perempuan itu menuju ke Batu Belah, kedua anaknya terus mengikutinya sambil menangis dan mencari-carinya. Anak yang besar dengan tertatih-tatih menggendong adiknya yang masih menetek. Akhirnya, si Ibu yang telah sampai di depan Batu Belah dan mulai mengucapkan sambil bernyanyi dalam bahasa Gayo tentang Batu Belah itu. Mendengar rintihan dan nyanyian Si Ibu, sedikit demi sedikit Batu Belah membuka diri seolah-olah membuka pintunya agar si Ibu cepat masuk ke dalam. Tanpa berpikir panjang lagi, si Ibu segara masuk ke dalam Batu Belah yang disaksikan oleh kedua anaknya dari kejauhan. Tidak lama kemudian segera Batu Belah itu menutup diri menelan Si Ibu yang sedang malang.

Pada saat kedua anaknya sampai di depan Batu Belah, keadaan sedang hujan lebat, angin ribut mengamuk, beberapa pohon dan ranting-ranting bertumbangan, serta bumi bergetar seperti terjadi gempa karena Batu Belah sedang menelan mangsanya. Setelah semuanya reda, si anak yang besar dengan hati yang luluh hanya dapat melihat rambut ibunya yang tidak ikut ditelan oleh Batu Belah. Si Anak yang tua itu segera mencabut tujuh helai rambut ibunya dari permukaan Batu Belah yang dipergunakannya sebagai pusaka. Dengan hati hancur dan remuk redam, si Anak yang tua segera membawa adiknya kembali pulang ke rumahnya.

Sajak “Batu Belah (Kabaran)” karya Amir Hamzah tersebut sebagai berikut.

BATU BELAH
(Kabaran)

Dalam rimba rumah sebuah
Teratak bambu terlampau tua
Angin menyusup di lubang tepas
Bergulung naik di sudut sunyi.

Kayu tua membetul tinggi
Membukak puncak jauh di atas
Bagai perarakan melintas negeri
Payung menaung jemala raja


Ibu bapa beranak seorang
Manja bena terada-ada
Lagu lagak tiada disangkak
Minta benda muskil dicari

Telur kemahang minta carikan
Untuk lauk di nasi sejuk

Tiada sayang;
Dalam rimba telur kemahang
Mana daya ibu mencari
Mana tempat ibu meminta

Anak lasak mengisak panjang
Menyabak merunta mengguling diri
Kasihan ibu berhancur hati
Lemah jiwa karena cinta

Dengar… dengar!
Dari jauh suara sayup
Mengalun sampai memecah sepi
Menyata rupa mengasing kata

Rang … rang … rangkup
Rang … rang … rangkup
Batu belah batu bertangkup
Ngeri berbunyi berganda kali

Diam ibu berpikir panjang
Lupa anak menangis hampir
Kalau begini susahnya hidup
Biar ditelan batu bertangkup

Kembali pula suara bergelora
Bagai ombak datang menampar
Macam sorak semarai rampai
Karena ada hati berbimbang

Menyahut ibu sambil tersedu
Melagu langsing suara susah:

Batu belah batu bertangkup
Batu tepian tempat mandi
Insya Allah tiadaku takut
Sudah demikian kuperbuat janji

Bangkit bonda berjalan pelan
Tangis anak bertambah kuat
Rasa risau bermaharajalela
Mengangkat kaki melangkah cepat

Jauh ibu lenyap di mata
Timbul takut di hati kecil
Gelombang bimbang mengharu pikir
Berkata jiwa menanya bonda

Lekas pantas memburu ibu
Sambil tersedu rindu berseru
Dari sini suara sampai
Suara raya batu bertangkap.

Lompat ibu ke mulut batu
Besar terbuka menunggu mangsa
Tutup terkatup mulut ternganga
Berderak-derik tulang-belulang

Terbuka pula, merah basah
Mulut maut menunggu mangsa
Lapar lebar tercingah pangah
Meraung riang mengecap sedap….

Tiba dara kecil sendu
Menangis pedih mencari ibu
Terlihat cerah darah merah
Mengerti hati bonda tiada

Melompat dara kecil sendu
Menurut hati menaruh rindu….

Batu belah, batu bertangkup
Batu tepian tempat mandi
Insya Allah tiada kutakut
Sudah demikian kuperbuat janji.

(Amir Hamzah, 2000. Padamu Jua. Jakarta: Grasindo, hlm. 44-46)

Selasa, 27 Juli 2010

Hang Tuah

          Hang Tuah merupakan cerita rakyat Melayu yang sudah ditulis menjadi hikayat dan puisi Indonesia modern oleh Amir Hamzah. Kisah Hang Tuah terjadi seputar abad XV hingga Abad XVII. Beberapa pakar sastra berbeda-beda mengkategorikan kisah Hang Tuah. Menurut Werndly (1736) Hikayat Hang Tuah adalah satu cerita tentang raja-raja Melayu. Roolvink menganggap kisah Hang Tuah sebagai karya sastra sejarah yang terdiri atas dongeng dan historis. Sementara itu, Valentijn (1726), E. Netscher (1854), Overbeck (1922), Hooykaas 91947), dan A. Teeuw (1960) menyetujui bahwa kisah Hang Tuah adalah sebuah roman yang melukiskan perbuatan pelakonnya menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Liaw Yock fang (1991) menyetujui pendapat John Crawfurd (1811) bahwa kisah Hang Tuah sebagai roman sejarah (historical romance), sebab Hang Tuah sebenarnya seorang tokoh sejarah yang dapat dilihat dari buku Sejarah Melayu.

          Dalam buku Sejarah Melayu itu dikisahkan bahwa Hang Tuah berasal dari keluarga yang biasa saja. Akan tetapi, atas keberanian dan kegagahannya berperang melawan musuh, akhirnya Hang Tuah menjadi seorang pahlawan yang terkenal di Tanah Melayu. Ditambah pula bahwa Hang Tuah begitu taat dan setianya kepada raja yang tidak ada bandingnya. Pengabdian Hang Tuah kepada Raja Melayu yang begitu tulus itu membuat nama Hang Tuah semakin termasyhur di seluruh Nusantara. Hang Tuah menjadi teladan bagi orang-orang kebanyakan yang ingin mencapai derajat dan pangkat tinggi dalam negeri, yakni dari rakyat biasa hingga sebagai laksamana (panglima perang angkatan laut). Lama-kelamaan, kisah Hang Tuah itu hidup di masyarakat Melayu menjadi sebuah dongeng dengan menghilangkan sifat-sifat tercelanya, seperti sombong, takabur, dan tamak. Hal inilah yang mendorong Sulastin Sutrisno (1979) dari Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, membuat disertasi doktor tentang Hikayat Hang Tuah: Analisis Struktur dan Fungsi (terbit tahun 1983 oleh Gadjah Mada University Press).
          Hikayat Hang Tuah dimulai dari turunnya raja-raja keinderaan di bukit Siguntang. Sang Maniaka menjadi raja di Bintan. Hang Tuah pindah dari Sungai Duyung ke Bintan. Sewaktu masih muda Hang Tuah dan kawan-kawannya mampu mengalahkan para perompak (bajak laut), bahkan dia dapat membunuh ular Cinta Mani. Kemudian Hang Tuah dan kawan-kawannya mengabdi kepada raja Bintan. Pada suatu hari raja Bintan kedatangan Patih Krama Wijaya dari Jawa dan Wira Nantaya dari Daha yang disambutnya dengan meriah. Bahkan, Wira Nantaya pada saat itu diberi gelar “Ratu Melayu”.
          Selanjutnya, Raja Bintan berpindah ke Melaka dan mendirikan istana di sana. Pada suatu saat, Raja Melaka meminang Tun Teja, anak gadis dari Bendahara Indrapura. Namun, pinangan raja ini ditolak. Raja tidak putus asa, kemudian mengirim utusan ke Jawa untuk meminang putri Raja Majapahit. Pinangan diterima, tetapi Raja Melaka sendiri yang harus datang ke Majapahit menjemput putri pinangan. Hang Tuah ikut serta rombongan Raja Melaka datang ke Majapahit. Sesampainya di Majpahit, berkali-kali Hang Tuah diuji nyali keberanian dan kegagahannya melawan orang-orang Jawa. Batara Majapahir akhirnya berkenan memberi anugerah gelar Laksamana kepada Hang Tuah atas keperkasaannya. Di Jawa ini pun Hang Tuah sempat berguru kepada seorang pertapa untuk belajar ilmu kebatinan. Setelah beberapa lama tinggal di Majapahit, Raja Malaka pun kembali ke negerinya dengan dikawal oleh Hang Tuah dan kawan-kawannya.
          Pada suatu ketika Hang Tuah difitnah telah melakukan perbuatan serong dengan seorang dayang istana. Raja Melaka murka kepada Hang Tuah dan menjatuhkan hukuman mati. Namun, Hang Tuah diselematkan oleh bendahara istana dan dilarikan ke Indrapura. Di Indrapura Hang Tuah menculik Tun Teja putri Bendahara Indrapura yang pernah disunting Raja Melaka tetapi ditolak. Hang Tuah berhasil membawa Tun Teja ke Melaka dan mempersembahkannya kepada Raja Melaka. Atas persembahan putri itu Raja Melaka berkenan di hati dan mengampuni Hang Tuah. Megat Panji Alam dari Trengganu, tunangan Tun Teja, mau melabrak ke Melaka atas diculiknya tunangannya oleh Hang Tuah. Akan tetapi, baru sampai di Indrapura sudah dapat dikalahkan oleh Hang Tuah dan kawan-kawannya.
          Dalam hikayat Hang Tuah ini banyak diceritakan akan kehebatan dan ketangguhan Hang Tuah menghadapi berbagai halangan dan tantangan. Satu-satu persatu semua persoalan yang dihadapi Hang Tuah dapat diatasnya dengan baik, termasuk melawan orang-orang Portugis yang hendak menguasai Melaka. Dalam hikayat Hang Tuah ini tokoh Hang Tuah tidak mati, bahkan dapat menjadi raja orang Batak. Namun, dalam puisi “Hang Tuah” karya Ami Hamzah yang terkumpul dalam buku Buah Rindu (1941) tokoh Hang Tuah gugur melawan bala tentara Portugis dan jasadnya dilarung di lautan Selat Melaka.
          Sajak “Hang Tuah“ karya Amir Hamzah tersebut sebagai berikut.
HANG TUAH
Bayu berpuput alun digulung
Bayu direbut buih dibubung

Selat Melaka ombaknya memecah
Pukul-memukul belah-membelah

Bahtera ditepuk buritan dilanda
Penjajab dihantuk haluan ditunda

Camar terbang riuh suara
Alkamar hilang menyelam segara

Armada Peringgi lari bersusun
Melaka negeri hendak diruntun

Galyas dan pusta tinggi dan kukuh
Pantas dan angkara ranggi dan angkuh

Melaka! Laksana kehilangan bapa
Randa! Sibuk mencari cendera mata!

“Hang Tuah! Hang Tuah! Di mana dia?
Panggilkan aku Kesuma Perwira!”

Tuanku Sultan Melaka, maharaja bintan!
Dengarkan kata Bentara Kanan.

“Tun Tuah, di Majapahit nama termasyhur,
badannya sakit rasakan hancur!”

Wah, alahlah rupanya negara Melaka
Karena Laksamana ditimpa mara.

Tetapi engkau wahai Kesturi
Kujadikan suluh, mampukah diri?

Hujan rintik membasahi bumi
Guruh mendayu menyedihkan hati.

Keluarlah suluh menyusun pantai
Angkatan Portugal hajat diintai

Cucuk diserang ditikam seligi
Sauh terbang dilempari sekali

Lela dipasang gemuruh suara
Rasakan terbang ruh dan nyawa

Suluh Melaka jumlah kecil
Undur segera mana yang tampil

“Tuanku, armada peringgi sudahlah dekat
Kita keluar dengan cepat.

Hang Tuah coba lihati
Apakah ‘afiat rasanya diri?”

Laksamana, Hang Tuah mendengar berita
Armada Peringgi duduk di kuala

Minta didirikan dengan segera
Hendak berjalan ke hadapan raja

Negeri Melaka hidup kembali
Buklanlah itu Laksamana sendiri

Laksamana, cahaya Melaka, bunga Pahlawan
Kemala setia maralah Tuan.

Tuanku, jadikan patik tolak bala
Turunkan angkatan dengan segera.

Genderang perang disurunya palu
Memanggil imbang iramanya tentu.

Keluarlah Laksamana mahkota ratu
Tinggallah Melaka di dalam ragu….

Marya! Marya! Tempik peringgi
Lela pun meletup berganti-berganti

Terang cuaca berganti kelam
Bujang Melaka sukma di selat!

Amuk-beramuk buru-memburu
Tusuk-menusuk laru-meluru

Lela rentaka berputar-putar
Cahaya senjata bersinar-sinar

Laksamana mengamuk di atas pusta
Yu menyambar umpamanya nyata….

Hijau segara bertukar warna
Silau senjata pengantar nyawa.

Hang Tuah empat berkawan
Serangnya hebat tiada tertahan.

Cucuk Peringgi menarik layar
Induk dicari tempat berhindar.

Angkatan besar maju segera
Mendapatkan payar ratu Melaka.

Perang ramai berlipat ganda
Pencalang berai tempat ke segala.

Dan Gurbenur memasang lela
Umpama guntur di terang cuaca

Peluru terbang menuju bahtera
Laksamana dijulang ke dalam segara….

(Amir Hamzah, 2000. Padamu jua. Jakarta: Grasindo, hlm. 7-11)

Jumat, 09 Juli 2010

Daftar Karya Tulis Puji Santosa

1. Karya Tulis Ilmiah yang Diujikan
  1.  “Rakyat Adalah Sumber Ilmu Karya W.S. Rendra: Sebuah Pendekatan Dikotomis”. (1984). Praskripsi Sarjana Muda, Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ketua Penguji: Prof. Dr. Soediro Satoto, dengan predikat kelulusan: cumlaude.
  2. “Tabiat Tanda-Menanda dan Tafsir Amanat dalam Puisi ‘Rakyat Adalah Sumber Ilmu’ Karya Rendra: Sebuah Pendekatan Semiotika”. (1986). Skripsi Sarjana S-1, Jurusan Sastra Indonesia dan Filsafat, Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ketua Tim Penguji: Dr. Soejatno Kartodirdjo, dengan predikat kelulusan: cumlaude.
  3. “Makna Kehadiran Nuh dalam Puisi Indonesia Modern”. (2002). Tesis Sarjana S-2, Magister Humaniora, Program Studi Ilmu Susastera, Bidang Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Pascasarjana, Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Konsultan: Prof. Dr. Okke K.S. Zaimar, dan Ketua Tim Penguji: Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono, dengan predikat kelulusan: sangat memuaskan.
2. Buku Terbit Ditulis Sendiri
  1. Teori Sastra (IKIP PGRI Madiun, 1986). Modul kuliah S-1.
  2. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra (Bandung: Angkasa, 1993)
  3. Kisah Syeh Mardan (Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan, 1995)
  4. Pengetahuan dan Apresiasi Kesusastraan dalam Tanya-Jawab (Ende-Flores: Nusa Indah, 1996)
  5. Bahtera Kandas di Bukit: Kajian Semiotika Sajak-sajak Nuh (Surakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003)
  6. Pandangan Dunia Darmanto Jatman (Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2006)
  7. Menggapai Singgasana (Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2007)
  8. Kekuasaan Zaman Edan: Derajat Negara Tampak Sunya-ruri. (Yogyakarta: Pararaton, 2010)
3. Buku Terbit Ditulis Bersama/Tim
  1. Panduan Belajar Bahasa Indonesia untuk SMP GBPP 1987 (Serial 6 Jilid) Ditulis bersama Drs. M.Dj. Nasution dan Dra. Erlis Nur Mujiningsih. (Jakarta: Yudhistira, 1990)
  2. Citra Manusia dalam Drama Indonesia Modern 1920–1960. Ditulis bersama Dr. Sumardi, M.Sc. dan Drs. Abdul Rozak Zaidan, M.A. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)
  3. Analisis Sajak-Sajak J.E. Tatengkeng. Ditulis bersama Drs. Djamari. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995)
  4. Soneta Indonesia: Analisis Struktur dan Tematik. Ditulis bersama Drs. Djamari (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996)
  5. Citra Manusia dalam Drama Indonesia Modern 1960–1980. Ditulis bersama Drs. S.R.H. Sitanggang, M.A. dan Drs. Zaenal Hakim (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997)
  6. Struktur Sajak-Sajak Abdul Hadi W.M. Ditulis bersama Dra. Anita K. Rustapa, M.A. dan Drs. Zaenal Hakim (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998)
  7. Unsur Erotisme dalam Cerita Pendek Taghun 1950-an. Ditulis bersama Drs. Abdul Rozak Zaidan, M.A. dan Dra. Erlis Nur Mujiningsih (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998)
  8. Terampil Berbahasa Indonesia untuk SMP. Ditulis bersama Dr. Sumardi M.Sc. dan kawan-kawan. (Yogyakarta: Mitragama, 2000)
  9. Drama Indonesia Modern dalam Majalah Indonesia, Siasat, dan Zaman Baru (1945–1965): Analisis Tema dan Amanat Disertai Ringkasan dan Ulasan. Ditulis bersama Agus Sri Danardana dan Zaenal Hakim (Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2003)
  10. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Ditulis bersama Dra. Hj. Yusi Rosdiana, M.Pd., dan kawan-kawan (Jakarta: Universitas Terbuka Pusat, 2003)
  11. Puisi-Puisi Kenabian dalam Perekembangan Sastra Indonesia. Ditulis bersama Suryami dan Mardiyanto (Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2006)
  12. Menulis 2. Ditulis bersama Encep Kusumah dan Yeti Mulyati. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007)
  13. Pandangan Dunia Motinggo Busye. Ditulis bersama Agus Sri Danardana. (Bandarlampung: Kantor Bahasa Provinsi Lampung, 2008)
  14. Kritik Sastra: Teori, Metodologi, dan Aplikasi. Ditulis bersama Dr. Suroso dan Drs. Pardi Suratno, M.Hum. (Yogyakarta: Elmatera Publhising, 2009)
  15. Estetika: Sastra, Sastrawan, dan Negara. Ditulis bersama Dr. Suroso (Yogyakarta: Pararaton, 2009)
4. Beberapa Artikel, Esai, Kritik Sastra yang Terbit dalam Majalah/Jurnal
  1. “Berbagai Isu Tentang Pengajaran Sastra di Sekolah Menengah” (Bahasa dan Sastra Nomor 3 Tahun IX, 1992, hlm. 61–77).
  2. “Mitos Nabi Nuh di Mata Tiga Penyair Indonesia” (Bahasa dan Sastra Nomor 1 Tahun X, 1993, hlm. 55–66).
  3. “Nilai Budaya dalam Cerita Perpatih Nan Sebatang” (Bahasa dan Sastra Nomor 2 Tahun X, 1993, hlm. 38–50).
  4. “Aliran, Upacara, dan Pikiran Utama dalam Lakon Sandyakala Ning Majapahit” (Bahasa dan Sastra Nomor 3 Tahun XI, 1993, hlm. 37–54).
  5. “Refleksi Kekuasaan dan Ideologi dalam Kesusastraan” (Bahasa dan Sastra Nomor 2 Tahun XIV, 1996, hlm. 27–44).
  6. “Hakikat dan Fungsi Studi Sastra” (Bahasa dan Sastra Nomor 5 Tahun XIV, 1996, hlm. 41–59).
  7. “Citra Tokoh Wanita dalam Drama Indonesia Modern Periode Awal 1926–1945" (Bahasa dan Sastra Nomor 2 Tahun XVI, 1998, hlm. 49–72).
  8. “Kajian Asmaradana dalam Sastra Bandingan” (Bahasa dan Sastra Nomor 3 Tahun XVII, 1999, hlm. 30–50).
  9. “Analisis Stilistika Cerpen ‘Armageddon’ Karya Danarto” (Bahasa dan Sastra Nomor 4 Tahun XVIII, 2000, hlm. 17–37).
  10. “Analisis Stilistika Sajak ‘Pada Suatu Hari’ Karya Agus R. Sardjono” (Bahasa dan Sastra Nomor 4 Tahun XIX, 2001, hlm. 17–37).
  11. “Sastra Marginal dalam Peta Sejarah Kesusastraan di Indonesia” (Pangsura Bilangan 3/Jilid 2, Julai–Desember 1996, hlm. 50–57).
  12. “Iptek Itu Bermula dari Mitos: Mengenal Sajak-Sajak Sapardi Djoko Damono” (Pangsura Bilangan 4/Jilid 3, Januari–Juni 1997, hlm. 49–62).
  13. “Analisis Struktur Sajak ‘Pembicaraan’ Karya Subagio Sastrowardojo” (Pangsura Bilangan 6/Jilid 4, Januari–Juni 1998, hlm. 3–15).
  14. “Perkembangan Soneta di Indonesia dan Jatidiri Bangsa” (Pangsura Bilangan 9/Jilid 5, Julai–Desember 1999, hlm. 92–106).
  15. “Tuhan Kita Begitu Dekat” Karya Abdul Hadi W.M. Dalam Kajian Semiotika Riffaterre” (Pangsura Bilangan 13/Jilid 7, Julai–Desember 2001, hlm. 126–137).
  16. “Hanya Satu Karya Amir Hamzah dalam Analisis Semiotika Todorov” (Pangsura Bilangan 16/Jilid 9, Januari-Juni 2003, hlm. 46–70).
  17. “Cerita Pendek ‘Blencong’ Karya Dorothea Rosa Herliany: Sebuah Analisis Struktural” (MIBAS, Nomor 21/Tahun XI/1999, hlm. 29–50).
  18. “Reformasi Ideologi dan Kekuasaan dalam Kesusastraan” (Cakrawala Nomor 017 Tahun V, Desember 1999, hlm. 21–28).
  19. “Sumbangan Sastra Jawa dalam Menghadapi Zaman Edan” (Fenomena Nomor 2 Tahun 9, Agustus 2001, hlm. 212–234).
  20. “Dimensi Ketuhanan dalam Drama ‘Iblis’ dan ‘Kebinasaan Negeri Senja’” (Atavisme Nomor 1 Tahun 1, 1998, hlm. 1–15).
  21. “Refleksi Kekuasaan dan Ideologi dalam Kesusastraan” (Bahana Bilangan 215/Jilid 33, November 1998, hlm. 21–28).
  22. “Revitalisasi Sastra Marginal” (Kebudayaan Nomor 16 Tahun VIII, Maret 1999, hlm. 3–12).
  23. “Reformasi Ideologi dan Kekuasaan dalam Kesusastraan” (Kebudayaan Nomor 17 Tahun IX, Oktober 1999, hlm. 4–15).
  24. “Promosi Dunia Wisata dalam Puisi Indonesia” (Kebudayaan Nomor 18 Tahun IX, Maret 2000, hlm. 65–74).
  25. “Kedudukan dan Fungsi Bahasa Daerah dalam Jalan Menikung Karya Umar Kayam” (Kajian Linguistik dan Sastra Volume XII/ Nomor 22, Tahun 2000, hlm. 11–19).
  26. “Tuhan Kita Begitu Dekat” Karya Abdul Hadi W.M. Dalam Kajian Semiotika Riffaterre” (Kajian Linguistik dan Sastra Volume XIII/ Nomor 24, Tahun 2000, hlm. 122–131).
  27. “Empat Sajak Tentang Nabi Nuh: Sebuah Kajian Muatan Unsur Agama dalam Puisi Indonesia” (Horison Nomor 1 Tahun XXXI, Januari 1997, hlm. 13–20).
  28. “Riwayat Hidup Sapardi Djoko Damono: Perjalanan Seorang Penyair dan Intelektual” (Kakilangit Nomor 37, Februari 2000, hlm. 12–13).
  29. “Proses Kreatif Sapardi Djoko Damono: Bermain Kata Membentuk Dunia” (Kakilangit Nomor 37, Februari 2000, hlm. 14–15).
  30. “Riwayat Hidup Goenawan Mohamad: Penyair Cendekia yang Piawai Membikin Pasemon” (Kakilangit Nomor 39, April 2000, hlm. 12–14).
  31. “Proses Kreatif Goenawan Mohamad: Estetika Puisi Sebagai Pasemon” (Kakilangit Nomor 39, April 2000, hlm. 15–17).
  32. “Anekdot: Jam Malam Kawin” (Kakilangit Nomor 40, Mei 2000, hlm. 28).
  33. “Ulasan Novel Toha Mohtar: Kembali ke Akar Kembali ke Asal” (Kakilangit Nomor 41, Juni 2000, hlm. 7–9).
  34. “Riwayat Hidup Toha Mohtar (1926–1992): Sastrawan Bersahaja yang Piawai Melukiskan Suasana” (Kakilangit Nomor 41, Juni 2000, hlm. 10–11).
  35. “Proses Kreatif Toha Mohtar: Memadukan Realitas dengan Imajinasi” (Kakilangit Nomor 41, Juni 2000, hlm. 12–14).
  36. “Ulasan Novel Achdiat K. Mihardja: Benturan Dua Dunia” (Kakilangit Nomor 45, Oktober 2000, hlm. 8–10).
  37. “Proses Kreatif Achdiat K. Mihardja: Peran Orang Tua, Pendidikan, dan Karier” (Kakilangit Nomor 45, Oktober 2000, hlm. 11–13).
  38. “Riwayat Hidup Pengarang Achdiat K. Mihardja: Perjalanan Seorang Intelektua” (Kakilangit Nomor 45, Oktober 2000, hlm. 14–16).
  39. “Pengetahuan Sastra: Soneta Masa Pra-Pujangga Baru” (Kakilangit Nomor 46, Februari 2000, hlm. 25–27).
  40. “Ulasan Drama Trisno Sumardja: Peran Kaum Terpelajar di Awal Kemerdekaan” (Kakilangit Nomor 53, Juni 2001, hlm. 8–10).
  41. “Proses Kreatif Trisno Sumardjo: Kesenian Bukan Alat Mengejar Materi” (Kakilangit Nomor 53, Juni 2001, hlm. 11–13).
  42. “Riwayat Hidup Pengarang Trisno Sumardjo (1916–1969): Pejuang Kesenian yang Tekun” (Kakilangit Nomor 53, Juni 2001, hlm. 14–16).
  43. “Ulasan Puisi Darmanto Jatman: Sori Gusti: Keberagaman Tujuh Banjaran” (Kakilangit Nomor 75, Maret 2003, hlm. 8–10).
  44. “Proses Kreatif Darmanto Jatman: Pada Mulanya Adalah Suara” (Kakilangit Nomor 75, Maret 2003, hlm. 11–12).
  45. “Riwayat Hidup Pengarang Darmanto Jatman (1942– ): Penyair dengan Segudang Puisi dan Prestasi” (Kakilangit Nomor 75, Maret 2003, hlm. 13–14).
  46. “Hanya Satu” Karya Amir Hamzah dalam Analisis Semiotika Todorov” (Jurnal Internasional Pangsura, Brunei-Darussalam, Januari-Juni 2003, Bilangan 16/Jilid 9, hlm. 46—70)
  47. Proses Kreatif: “Memburu Misteri Lewat Cerita” (Kakilangit Nomor 99, Maret 2005, hlm. 8–9).
  48. Riwayat Hidup Pengarang Rijono Pratikto (1932—): “Nasib Tragis Seorang Cerpenis” (Kakilangit Nomor 99, Maret 2005, hlm. 10–11).
  49. “Tolok Ukur dalam Kritik Sastra” (Sawo Manila Nomor 1 Tahun 1, 2006. hlm. 40—46).
  50. “Estetika Resepsi, Metode, dan Penerapannya: Studi Kasus Resepsi Produktif Soneta Indonesia” (Suar Betang volume II, Nomor 1, Juni 2007, hlm. 1—18).
  51. “Maut dalam Tiga Buku Kumpulan Sajak Subagio Sastrowardojo” (Suar Betang volume II, Nomor 2, Desember 2007, hlm. 166—187).
  52. “Pembelajaran Sastra yang Menyenangkan dan Inivatif” (Suar Betang volume III, Nomor 1, Juni 2008, hlm. 73—88).
  53. “Mitologi Melayu Nusantara dalam Konteks Keindonesiaan” (Suar Betang volume III, Nomor 2, Desember 2008, hlm. 14—27).
  54. “Sapi Rela Disembelih di Negeri Tiada Cinta: Semangat Kebangsaan dalam Karya Sastra M. Balfas” (LOA Volume 6 Nomor 6, September 2008, hlm. 25—35).
  55. “Dasar-Dasar Apresiasi Sastra: Menyenangkan, Kreatif, dan Inovatif” (LOA Volume 7 Nomor 7, Juli 2009, hlm. 29—47).
  56. “Perlawanan Bangsa Terjajah Atas Harkat dan Martabat Bangsa: Telaah Postkolonial Atas Tiga Sajak Indonesia Modern” (Atavisme: Jurnal Ilmiah Kajian Sastra. Volume 12 Nomor 2, Desember 2009, hlm. 147—156)
  57. Ulasan Puisi: “Teladan Keutamaan bagi Wira Tamtama” (Kakilangit Nomor 157, Januari 2010, hlm. 5–-7).
  58. Proses Kreatif: “Sastra Sebagai Pendidikan Jiwa” (Kakilangit Nomor 157, Januari 2010, hlm. 8–-10).
  59. Riwayat Hidup Pengarang Sri Mangkunegara IV: “Sastrawan Pujangga dan Negarawan Bijak” (Kakilangit Nomor 157, Januari 2010, hlm. 11–-12).
  60. Ulasan Novel: “Benturan Dua Dunia” (Kakilangit Nomor 160, April 2010, hlm. 7–-8).
  61. Proses Kreatif Achdiat K. Mihardja: “Peran Orang Tua, Pendidikan, dan Karier” (Kakilangit Nomor 160, April 2010, hlm. 9–-10).
  62. Riwayat Hidup Pengarang Achdiat K. Mihardja (1911--...?): “Perjalanan Seorang Intelektual” (Kakilangit Nomor 160, April 2010, hlm. 11–-12).
  63. Ulasan Puisi: “Zaman Edan, Zaman Penuh Kutukan” (Kakilangit Nomor 161, Mei 2010, hlm. 6–-8).
  64. Proses Kreatif: “Belajar dari Lingkungan dan Pengalaman Hidup” (Kakilangit Nomor 161, Mei 2010, hlm. 9–-10).
  65. Riwayat Hidup Pengarang Ronggowarsito (1802—1873): “Pujangga Pamungkas Sastra Jawa Klasik” (Kakilangit Nomor 161, Mei 2010, hlm. 11–-13).
  66. Ulasan Cerpen: “Ketabahan Seorang Anak Ketika Ditinggal Mati Ibunya” (Kakilangit Nomor 163, Juli 2010, hlm. 6–-8).
  67. Proses Kreatif: “Pengalaman Hidup Sebagai Sumber Cerita” (Kakilangit Nomor 163, Juli 2010, hlm. 9–-10).
  68. Riwayat Hidup Pengarang Lukman Ali (1931—2000): “Guru yang Pakar Bahasa dan Sastra” (Kakilangit Nomor 163, Juli 2010, hlm. 11–-2).
  69. “Zaman Edan: Derajat Negara Suram” (Prosiding Workshop Forum Peneliti Dilingkungan Kemendiknas, Yogyakarta, 3—5 Maret 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementrian Pendidikan Nasional, 2010, hlm. 563—578)
5. Laporan Penelitian/Modul yang Tidak/Belum Terbit
  1. “Pengantar Teori dan Studi Kesusastraan” (Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 1989/1990)
  2. “Analisis Sajak-Sajak Sapardi Djoko Damono” (Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 1990/1991)
  3. “Biografi Pengarang Mahatmanto dan Karyanya” (Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 1993/1994)
  4. “Analisis Struktur dan Tematik Sajak-sajak Mahatmanto” (Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 1994/1995)
  5. “Analisis Sajak-sajak dalam Majalah Mimbar Indonesia 1950–1954" (Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 1995/1996)
  6. “Analisis Sajak-sajak dalam Majalah Horison 1966–1970" (Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 1996/1997)
  7. “Pandangan dan Karya Sastrawan Motinggo Busye” (Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2002)
  8. “Sastra Keagamaan dan Perkembangan Sastra Indonesia Modern: Puisi 1945–1965.” (Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2003)
  9. “Mitologi Melayu dalam Puisi Indonesia Modern” (Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2004)
  10. Modul Kuliah “Kritik Sastra” (Fakultas Sastra Universitas Nasional, Jakarta, 2005)
  11. Modul Kuliah: “Berbahasa Indonesia dengan Santun, Benar, dan Baik” (Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara, Jakarta, 2009)
6. Makalah Disampaikan dalam Berbagai Pertemuan
  1. “Kritik Sastra Pada Puisi-Puisi Kontemporer” (Makalah disampaikan dalam Sarasehan Hari Sastra, Himpunan Mahasiswa Sastra, Fakultas Sastra, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 28 April 1984).
  2. “Puisi-puisi Indonesia 1980-an dan Kecenderungannya” (Makalah disampaikan dalam Dialog Penyair Jakarta, Dewan Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki, 7–8 No-vember 1989).
  3. “Penelitian Sastra dengan Menggunakan Angket” (Makalah disampaikan dalam Seminar Sehari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 8 Juni 1991).
  4. “Berbagai Isu Tentang Pengajaran sastra di Sekolah” (Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional (PILNAS) IV Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia, HISKI, Bandung-Lembang, 12–15 Desember 1991).
  5. “Pengajaran Apresiasi Puisi di SMP Kurikulum 1984" (Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional (PILNAS) V Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia, HISKI dan Universitas Pakuan, Bogor, 15–17 Desember 1992).
  6. “Analisis Masalah Upacara, Aliran, dan Pikiran Utama dalam Lakon Sandyakala Ning Majapahit Karya Sanusi Pane” (Makalah disampaikan dalam Seminar Sehari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 10 Juli 1993).
  7. “Hakikat dan Fungsi Studi Sastra” (Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional (PILNAS) VI Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia, HISKI Komda Yogyakarta, Kaliurang-Yogyakarta, 12–16 Desember 1993).
  8. “Refleksi Kekuasaan dan Ideologi dalam Kesusastraan” (Makalah disampaikan dalam Seminar Sehari Bahasa, Sastra, dan Ideologi, HISKI Komda Jakarta dan Universitas Nasional, Jakarta, 18 Mei 1996).
  9. “Sastra Marginal dalam Peta Sejarah Kesusastraan di Indonesia” (Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional (PILNAS) VII Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia, HISKI Pusat, Parung-Bogor, 3–5 September 1996).
  10. “IPTEK Itu Bermula dari Mitos: Mengenal Sajak-Sajak Sapardi Djoko Damono” (Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia VI, Himpunan Pembina Bahasa Indonesia, HPBI Pusat, Bandung, 12–15 Desember 1996).
  11. “Si Elok Selandang Dunia Sabai Nan Aluih: Citra Tokoh Wanita dalam Drama Sabai Nan Aluih Karya Tulis Sutan Sati” (Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional (PILNAS) VIII Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia, HISKI Komda Padang, Padang, 12–14 Desember 1997).
  12. “Promosi Kepariwisataan Indonesia dalam Puisi” (Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia VIII, Himpunan Pembina Bahasa Indonesia, HPBI Pusat dan Unes, Semarang, 21–23 Juli 1998).
  13. “Asmaradana: Matra Puisi Jawa Klasik dan Pengaruhnya Terhadap Puisi Nasional” (Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional (PILNAS) IX Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia, HISKI Komda Semarang, Bandungan, 22–24 Oktober 1998).
  14. “Kedudukan dan Fungsi Bahasa Daerah dalam Sastra Indonesia” (Makalah disampai-kan dalam Kongres Linguistik Nasional IX, MLI Pusat, Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, 28–31 Juli 1999).
  15. “Pengajaran Sastra di Sekolah dan Tantangan Abad yang Akan Datang” (Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional (PILNAS) X Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia, HISKI Pusat dan Pusat Bahasa, Jakarta, 18–20 Oktober 1999).
  16. “Pelanggaran HAM dan Penyalahgunaan Kekuasaan” (Makalah disampaikan dalam Seminar Sehari Sastra dan HAM, HISKI Komda Jakarta dan Universitas Indonesia, Depok, 29 April 2000).
  17. “Pegajaran Sastra dalam Era Globalisasi” (Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia X, Himpunan Pembina Bahasa Indonesia, HPBI Pusat dan Pusat Bahasa, Jakarta, 27–29 September 2000).
  18. “Kekuasaan, Ideologi, dan Politik dalam Dunia Kesusastraan” (Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional (PILNAS) XI Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia, HISKI Komda Surakarta, 2–3 Oktober 2000).
  19. “Sumbangan Sastra Jawa dalam Menghadapi Zaman Edan” (Makalah disampaikan dalam Kongres Bahasa Jawa III. Pemda DIY, Yogyakarta, 15–21 Juli 2001).
  20. “Kabar Yang Bertolak dari Realitas: Politik dan Gerakan Mahasiswa dalam Sajak-Sajak Taufiq Ismail” (Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia XXIII, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 9–10 Oktober 2001).
  21. “Sastra Indonesia dalam Pluralisme Budaya” (Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional (PILNAS) XII Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia, HISKI Komda Sumatera Utara, Medan, 5–7 November 2001).
  22. “Wacana Desentralisasi dalam Sastra: Wacana Tinggallah Wacana” (Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Daerah (PILDA) dan Musyawarah Daerah (MUSDA) HISKI Komda DKI, Universitas Nasional, Jakarta, 3 Agustus 2002).
  23. “Wacana Desentralisasi dalam Sastra: Persoalan Politis atau Persoalan Sastra” (Ma-kalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional (PILNAS) XIII Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia, HISKI Yogyakarta dan Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 8–10 September 2002).
  24. “Pluralisme Budaya dalam Sastra Indonesia Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia” (Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia XXIV, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Tawangmangu-Solo, 15–16 Oktober 2002).
  25. “Estetika Kasunyatan dalam “Serat Warisan Langgeng” Karya R. Soenarto Merto-wardojo” (Makalah disampaikan dalam Simposium Internasional Pernaskahan Nusan-tara VII, Manassa dan Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar, Bali, 28–30 Juli 2003).
  26. “Pengembangan Teori Sastra Bangesgresem: Sebuah Alternatif Teori Sastra Lokal Genius” (Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional (PILNAS) XIV Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia, HISKI Pusat dan Fakultas Sastra Univer-sitas Airlangga, Hotel Santika, Surabaya, 26–28 Agustus 2003).
  27. “Multikulturalisme Sastra Indonesia Modern Memantapkan Peran Sastra Indonesia Modern dalam Mengahadapi Budaya Global” (Makalah dalam Kongres Bahasa Indonesia VIII, Jakarta, 14–17 Oktober 2003, Kelompok B, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 1–20)
  28. “Pembelajaran Apresiasi Sastra Berbasis Kompetensi” (Makalah disampaikan dalam “Seminar Nasional Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Aula Universitas Nasional, Jakarta, 19–20 Maret 2004).
7. Artikel dan Esai dalam Buku Antologi
  1. Dendy Sugono dan Suladi (editor). 2000. Kiprah HPBI 2000: Bahasa Indonesia, Negara, dan Era Globalisasi (Jakarta: HPBI-Pusat).
  2. Soediro Satoto dan Zainuddin Fanani (editor). 2000. Sastra: Ideologi, Politik, dan Kekuasaan (Surakarta: Muhammadiyah University Press).
  3. Sujarwanto dan Jabrohim (editor). 2002. Bahasa dan Sastra Indonesia Menuju Peran Transformasi Sosial Budaya Abad XXI. Yogyakarta: Panitia PIBSI XXIII, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dan Gama Media.
  4. B. Trisman et al (editor). 2003. Antologi Esai Sastra Bandingan dalam Sastra Indo-nesia Modern. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
  5. T.Cristomy dan Untung Yuwono (penyunting). 2004. Semiotika Budaya. Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Indonesia.
  6. Ibnu Wahyudi (editor). 2004. Menyoal Sastra Marginal. Jakarta: Wedatana Widya Sastra dan Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia Pusat.