Selamat Datang

Selamat datang Saudara-saudaraku semuanya di blog "Puja-Puji" ini. Selamat menikmati, mencermati, dan mengoreksi sajian yang saya tampilkan dalam blog ini. Sekiranya Saudara berkenan memberi kritik, saran, komentar, dan masukan apa pun terhadap tampilan blog ini tentu saya merasa senang, bangga, dan terhormat, agar terjadi komunikasi dua arah. Silakan menuliskannya di tempat yang telah disediakan. Salam kami.

Sabtu, 23 Januari 2010

Puisi mBeling


Puisi mbeling adalah penamaan pada sajak-sajak yang bersifat main-main, ringan, dan bertujuan membebaskan rasa tertekan, gelisah, dan tegang, serta mendobrak kemapanan yang ada. Kata mbeling berasal dari bahasa Jawa yang kurang lebih berarti: nakal, kurang ajar, sukar diatur, dan suka memberontak terhadap kemapanan dengan cara-cara yang menarik perhatian. Hal ini berbeda dengan kata urakan, yang dalam bahasa Jawa lebih dekat dengan sikap kurang ajar dan asal beda, kata mbeling mengandung unsur kecerdasan serta tanggung jawab pribadi.
Pada awalnya puisi mbeling merupakan bagian gerakan yang dicetuskan oleh Remy Sylado dengan dimaksudkan untuk mendobrak sikap Orde Baru yang dianggap feodal dan munafik. Benih gerakan ini mulai disemikan oleh Remy Sylado pada tahun 1971, yaitu ketika Remy mementaskan dramanya berjudul “Messiah II” di Bandung. Namun, pada waktu itu istilah mbeling belum diperkenalkan oleh Remy. Istilah mbeling baru diperkenalkan oleh Remy Sylado pada awal tahun 1972 dalam “undangan pementasan teater mbeling” yang mementaskan dramanya dengan judul “Genesis II”.
Setelah pementasan teater mbeling “Genesis II” di Bandung itu, Remy Sylado dan Sunento Juliman dipercaya mengasuh rubrik “Puisi Mbeling” pada majalah Aktuil (terbit di Bandung) selama dua tahun 1972—1973. Selama rubrik “Puisi Mbeling” itu diselenggarakan, setiap bulannya redaksi menerima kurang lebih 300 amplop surat yang berisi puisi mbeling dari kaum muda. Dalam salah satu pengantarnya di rubrik “Puisi Mbeling” itu Remy mengungkapkan bahwa “puisi adalah pernyataan akan apa adanya. Jika puisi adalah apa adanya, maka dengan begitu terjemahan mentalnya, hendaklah diartikan bahwa tanggung jawab moral seorang seniman ialah bagaimana dia memandang semua kehidupan dalam diri dan luar lingkungannya secara menyeluruh, lugu, dan apa adanya…. Tapi tanggung jawab (penyair) yang pertama dan utama adalah bahwa sebagai seniman dia harus memiliki gagasan”.
Ciri utama puisi mbeling adalah berkelakar dan melontarkan kritik sosial. Dalam berkelakar puisi mbeling mempermainkan kata-kata, arti, bunyi, dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tersebut. Tidak ada satu pun objek yang diharamkan menjadi bahan kelakaran puisi mbeling. Ejekan terhadap sikap sungguh-sungguh penyair umumnya menjadi suasana yang cair dan menarik. Sambil berkelakar kepada siapa pun, puisi mbeling melontarkan kritik sosial terhadap berbagai kemapanan yang ada, terutama pada zaman Orde Baru. 
Menurut Sapardi Djoko Damono dalam artikelnya “Puisi mBeling Suatu Usaha Pembebasan” (Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan, Jakarta: Gramedia, 1983) keberadaan puisi mbeling tidak hanya dimuat dalam majalah Aktuil, tetapi juga dimuat dalam Astaga, Gadis, Midi, Top, dan Suara Karya. Beberapa penyair yang telah menulis puisi mbeling, antara lain, Remy Sylado, Mahawan, Hardo Waluyo, Gumilar Suparyo, Jeihan, Dede S. Dukat, dan Huda Vanzgoef. Menurut Remy Sylado dari hasil wawancara KPG, 19 Mei 2004, puisi mbeling didukung oleh Seno Gumira Ajidarma, Abdul Hadi W.M., tiga bersaudara Massardi (Noorca, Yudhistira, dan Adi), Efix Mulyadi, Kurniawan Junaedi, dan Edy Herwanto. Penelitian terhadap puisi mbeling telah dilakukan tahun 1977 oleh Soedjarwo, Th. Sri Rahayu Prihatmi, dan Yudiono K.S., dari Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra-Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang, dan hasilnya diterbitkan menjadi buku Puisi Mbeling: Kitsch atau Sastra Sepintas (Magelang: Indonesia Tera, 2001). Untuk mengabadikan tonggak puisi mbeling yang ditulisnya, Remy Sylado telah mengumpulkan puisi-puisi mbelingnya (1971—2002), sebanyak 143 puisi, dan kemudian diterbitkan menjadi buku Puisi Mbeling Remy Sylado (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, Juli 2004).

Tidak ada komentar: